PROGRESIF EDITORIAL – Sebagian dari kita tentu mengenal Kekhalifahan Umayyah. Kesultanan yang dibangun setelah perjanjian antara Sayyidina Hasan dan Muawiyah bin Abu Sufyan tersebut memiliki sejarah panjang, baik suka maupun duka. Mulai dari Tragedi Karbala hingga munculnya al-Hajjaj bin Yusuf. Namun, ada 1 nama yang tak boleh terlewatkan, yaitu Abd al-Malik bin Marwan.
Abd al-Malik bin Marwan lahir di Madinah pada Ramadhan tahun 23 Hijriah pada masa Utsman bin Affan dari pasangan Marwan bin Hakam bin Abu al-Ash bin Umayyah—khalifah ke-4 Umayyah—dan Aisyah binti Muawiyah bin Mughirah. Di usia belia, ia harus menjadi saksi atas terbunuhnya Utsman.
Abd al-Malik memiliki kemampuan dalam bidang militer. Tak heran, ia diangkat pamannya, Muawiyah bin Abu Sufyan, menjadi panglima dalam perang melawan Bizantium. Setelahnya, ia menemani ayahnya yang saat itu menjadi Gubernur Madinah. Namun, tak lama ia diusir setelah huru-hara khalifah saat itu, Yazid bin Muawiyah, yang membantai penduduk Madinah dan menghancurkan Ka’bah.
Setelah kematian Muawiyah bin Yazid, Abd al-Malik membantu ayahnya, Marwan bin Hakam, merebut tahta khalifah dan menjabat sebagai dewan penasihat sekaligus Gubernur Palestina. Saat ajalnya tiba, ayahnya menuliskan wasiat bahwa Abd al-Malik dan Abd al-Aziz adalah pewaris tahtanya.