PROGRESIF EDITORIAL – Gema takbir menjadi amalan yang selalu ditunggu-tunggu ketika memasuki Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam kedua hari raya ini, di antara amalan yang disunnahkan bagi umat Islam adalah menghidupkan malam hari raya dengan ibadah.
Allah SWT memerintahkan umat Islam melafadzkan takbir sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Hal ini tertulis dalam Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 28 di mana Allah SWT meminta agar mereka berdzikir menyebut nama-Nya.
لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ
Artinya: Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah (berdzikir) pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Dan salah satu kessunnahan bertakbir pada Hari Raya Idul Adha yaitu mulai dari terbit nya fajar pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) hingga terbenam nya fajar pada akhir hari Tasyriq (tanggal 13 Bulan Dzulhijjah). Kesunnahan itu berlaku baik setelah Shalat Fardu, Shalat Sunnah, Shalat Qadha’ juga Shalat Jenazah.
Sumber : Kitab Nihayatuz Zain, karya Imam Nawawi hal. 109
وَمن لم يرد الصَّلَاة أصلا يسْتَمر تكبيره إِلَى الزَّوَال وَهَذَا يُسمى التَّكْبِير الْمُرْسل وَيكبر فِي عيد الْأَضْحَى خلف صَلَاة الْفَرَائِض والنوافل وَلَو فَائِتَة وَصَلَاة جَنَازَة من فجر يَوْم عَرَفَة إِلَى الْغُرُوب من آخر أَيَّام التَّشْرِيق الثَّلَاثَة وَهَذَا بِالنِّسْبَةِ لغير الْحَاج فجملة مَا يكبر عقبه من المكتوبات المؤداة فِي هَذِه الْأَيَّام ثَلَاثَة وَعِشْرُونَ وَلَو تعَارض عَلَيْهِ التَّكْبِير وأذكار الصَّلَوَات قدم عَلَيْهَا لِأَنَّهُ شعار الْوَقْت وَإِن كَانَ لَا يفوت بهَا
[نووي الجاوي ,نهاية الزين ,page 109]
[mhl/zed]