PROGRESIF EDITORIAL – Sejarah masuknya Islam ke Nusantara selalu menarik untuk diulik, terutama ketika kita menelusuri jejak peradaban di Aceh. Selama ini, banyak dari kita mengenal Kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan oleh Meurah Silu (Sultan Malik Al-Saleh) sekitar tahun 1267 Masehi. Pasai kemudian tumbuh menjadi pelabuhan dagang internasional yang megah di Selat Malaka. Namun, sejarah tak selalu sesederhana itu. Ada “kakak” yang hadir jauh lebih dulu, yang kini diyakini oleh banyak sejarawan sebagai titik nol peradaban Islam di Nusantara.
Perlak: Pionir yang Terlupakan
Inilah Kesultanan Perlak, yang terletak di Aceh Timur. Bukti sejarah, terutama dari naskah-naskah kuno, menunjukkan bahwa Perlak telah berdiri kokoh sejak tahun 840 M. Bayangkan, itu berarti Perlak sudah menjadi Kesultanan Islam ketika banyak wilayah lain di Nusantara masih berada di bawah pengaruh Hindu-Buddha. Berdiri ratusan tahun lebih awal, Kerajaan Perlak sering disebut sebagai kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara. Wilayah ini terkenal sebagai penghasil kayu perlak yang berkualitas tinggi, menjadikannya bandar niaga strategis tempat bertemunya pedagang dari Arab, Persia, dan India. Di sinilah, melalui asimilasi, pernikahan, dan dakwah damai, Islam berakar kuat dan mendirikan fondasi kerajaan.
Pernikahan Agung yang Mengubah Sejarah
Lalu, bagaimana hubungan antara Perlak yang tua dan Pasai yang perkasa? Kisah penyatuan kedua kerajaan ini, yang sama-sama terletak di ujung Sumatera, diabadikan dalam peristiwa bersejarah: perkawinan politik. Pada akhir abad ke-13, dua dinasti ini bersatu melalui ikatan suci, yaitu ketika Putri Ganggang dari Kerajaan Perlak dipersunting oleh pendiri Samudera Pasai, Sultan Malik Al-Saleh. Pernikahan ini menjadi penutup babak Kerajaan Perlak, yang kemudian secara resmi bergabung dan melebur ke dalam Samudera Pasai.
Penyatuan ini adalah strategi brilian. Pasai, yang lebih muda namun lebih menonjol di kancah politik dan perdagangan abad ke-13, mewarisi kedalaman spiritual, wilayah, dan legitimasi dari Perlak. Hasilnya? Samudera Pasai muncul bukan hanya sebagai kerajaan Islam, tetapi sebagai kekuatan maritim dan pusat studi Islam terbesar, menggantikan peran yang sebelumnya dimainkan oleh Sriwijaya di Selat Malaka. Jadi, meskipun Perlak adalah yang tertua dan pertama kali berdiri, Samudera Pasai adalah hasil penyatuan yang mengangkat panji Islam ke puncak kejayaan politik dan ekonomi di Nusantara, sehingga namanya lebih harum dan tercatat luas dalam sejarah dunia.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
“Wallahu a’lam bishawab”
“Dan Allah Maha Mengetahui (kebenaran yang) sesungguhnya”.