PROGRESIF EDITORIAL – Dalam lanskap dinamis industri fesyen global, Indonesia telah muncul sebagai pemain yang sedang naik daun, yang siap menjadi pusat perhatian sebagai “kiblat” atau titik fokus fesyen Muslim. Warisan budaya Indonesia yang kaya, ditambah dengan populasi Muslim yang cukup besar dan kelas menengah yang sedang berkembang, telah menempatkan Indonesia sebagai pesaing utama untuk menjadi pusat modest fashion.
Pertumbuhan industri modest fashion Indonesia dapat dikaitkan dengan beberapa faktor utama. Pertama, jumlah kelas menengah Muslim yang besar dan semakin makmur di Indonesia telah mendorong lonjakan permintaan akan pakaian berkualitas tinggi, penuh gaya, dan sesuai dengan aturan agama (Elvianti & Putri, 2019). Tren ini semakin diperkuat oleh keterbukaan Indonesia terhadap tren global dan penggunaan teknologi, yang memungkinkan para desainer Indonesia untuk memamerkan kreasi mereka kepada khalayak yang lebih luas (Fithriana & Nopitasari, 2018).
Beberapa tahun terakhir, Indonesia secara aktif mengejar agenda ambisius untuk menjadi pusat (kiblat) global untuk fesyen Muslim pada tahun 2024. Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Perdagangan, mempelopori upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat fesyen Muslim dunia. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah menekankan bahwa “sudah waktunya” bagi Indonesia untuk mengambil posisi ini, mengingat populasi Muslim yang besar dan perancang busana yang kreatif. Pemerintah secara aktif mempromosikan fesyen Muslim Indonesia di panggung global. Hal ini termasuk partisipasi dalam acara-acara mode internasional bergengsi seperti Paris Fashion Week, New York Fashion Week, dan London Fashion Week. Tujuannya adalah untuk meningkatkan visibilitas dan daya saing merek-merek Indonesia di pasar global.
Dalam event – event ini Indonesia juga mendorong kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk kementerian, desainer, dan pelaku industri fesyen. Upaya kolaboratif ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem fesyen Muslim di Indonesia. Selain itu dalam rangka menyusun ekosistem industri fashion muslim yang menunjang, diselenggarakannya acara fesyen Muslim untuk menampilkan bakat lokal dan menarik perhatian internasional. Acara-acara ini diantaranya adalah: 1) Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW), 2) Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST), 3) Muslim Fashion Festival (Muffest).
Terlepas dari upaya-upaya tersebut, ada indikasi bahwa Indonesia belum sepenuhnya mencapai targetnya. Tampaknya ada kurang koordinasi antara lembaga pemerintah dan asosiasi industri dalam menyelenggarakan acara dan inisiatif itu. Dilansir suara.com Poppy Dharsono, Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), menyatakan bahwa target untuk menjadi pusat fesyen muslim dunia pada tahun 2024 belum tercapai. Hal ini tidak jauh dari Isu-isu klasik dalam ekosistem industri tekstil, produksi garmen dan kurangnya koordinasi di antara para pemangku kepentingan, lembaga pemerintah, asosiasi pengusaha dan pelaku industri fesyen muslim itu sendiri.
Pada tahun 2024, Indonesia rupanya masih berada dalam fase transisi, Pemerintah Indonesia berencana secara resmi untuk mendeklarasikan diri sebagai pusat fesyen Muslim dunia pada tahun 2024, akan tetapi hingga saat ini pengumuman resmi tersebut belum dilakukan. Meskipun beberapa usaha telah dicapai, para pakar industri berpendapat bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk mewujudkan ambisi ini. Potensi Indonesia untuk menjadi pusat fesyen Muslim global masih sangat besar, mengingat keragaman budaya, kearifan lokal, dan sumber daya manusianya.