Home Ragam Kisah seputar Burung Hud-Hud, Hewan istimewa nabi Sulaiman A.S

Kisah seputar Burung Hud-Hud, Hewan istimewa nabi Sulaiman A.S

by Farrel Dimas Saputra

Burung Hud-hud adalah salah satu jenis burung yang namanya disebut dalam Alquran. Kata  burung  (dalam bahasa Arab “at-Tayr”) disebutkan dalam Alquran sebanyak  5 kali dan kata burung (Tuyour) muncul dalam Alquran sebanyak  13 kali. Di antara banyak jenis burung, Hud-hud  telah secara khusus disebutkan dua kali dalam QS An-Naml.

Disebut Hud-Hud karena lengkingan suaranya yang khas, “hoo-hoo-hoo,” berdering jelas, jauh dan diulang dua atau tiga kali. Seringkali tangisan terputus sangat singkat.

Warna bulunya didominasi coklat merah muda, sayap hitam dan putih yang mencolok, paruh hitam panjang melengkung ke bawah, dan jambul coklat merah muda panjang yang terangkat saat burung merasa bersemangat.

Hudhud cenderung berburu makanan secara individu di permukaan tanah atau dedaunan. Makanan intinya terdiri dari serangga, laba-laba, katak, dan materi tumbuhan seperti biji-bijian, yang didapatnya dari mematuk-matuk.

Burung Hud-Hud juga disebut secara khusus dalam Alquran pada Surat An Naml ayat 20 ketika Nabi sulaiman melakukan inspeksi terhadap pasukannya yang terdiri dari manusia, jin, dan burung-burung.

وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِىَ لَآ أَرَى ٱلْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ ٱلْغَآئِبِينَ

Artinya: “Dan ia mencari di antara burung dan mengatakan: Bagaimana mungkin aku tidak melihat Hud-hud, atau apakah dia termasuk yang tidak hadir?” ( QS An-Naml: 20)

Dalam Islam, burung Hud-hud erat dengan kisah Nabi Sulaiman as. Nabi Sulaiman adalah seorang raja dan penguasa Syria dan Palestina yang pasukannya terdiri dari pasukan yang terdiri dari manusia, jin dan burung. Ada kemungkinan bahwa burung digunakan untuk menyampaikan pesan, berburu, dan untuk layanan lain yang sesuai pada masa pemerintahannya

Beberapa orang telah menafsirkan bahwa Hud-hud adalah nama seorang manusia dan bukan seekor burung, karena seekor burung tidak mungkin diberkahi dengan kekuatan pengamatan, pengintaian, dan ekspresi sedemikian rupa sehingga ia harus melewati suatu negara dan harus datang ke ketahuilah bahwa itu adalah tanah Saba, memiliki sistem pemerintahan ini dan itu, diperintah oleh seorang wanita tertentu (Bilqis), agamanya adalah pemuja matahari, bahwa ia harus menyembah Satu Tuhan daripada tersesat, dan kemudian sekembalinya ke Nabi Sulaiman, ia harus dengan jelas membuat laporan tentang semua pengamatannya di hadapannya.

Baca Juga:  Muhammad Al Fatih, Penakluk Konstatinopel

Tetapi, jelas Manusia sejauh ini belum dapat mengetahui melalui cara tertentu apa yang diketahui oleh berbagai hewan dan apa yang mereka lihat dan dengar; apa yang mereka rasakan, pikirkan dan pahami; atau bagaimana pikiran masing-masing dari mereka bekerja. Namun, pengamatan kecil apa pun yang telah dilakukan terhadap kehidupan berbagai spesies hewan, telah mengungkapkan beberapa kemampuan luar biasa mereka.

Sekarang, ketika Allah, Yang adalah Pencipta hewan-hewan ini, memberi tahu kita bahwa Dia telah mengajarkan ucapan burung kepada salah satu Nabi-Nya dan memberkatinya dengan kemampuan untuk berbicara kepada mereka, dan penjinakan serta pelatihan Nabi telah memungkinkan sebuah Hud-hud bisa membuat pengamatan tertentu tentang negeri asing dan bisa melaporkannya kepada Nabi, maka penafsir tersebut di atas harus siap untuk merevisi sedikit pengetahuan mereka tentang hewan.

Di dunia barat bahkan telah beredar buku-buku seperti “When Elephants Weep” dan buku-buku lain tentang anjing, kucing, dan semut menyoroti kecerdasan, pemikiran, dan perilaku hewan. Sementara Islam, telah mengungkapkan degan jelas terkait kecerdasan hewan itu dalam Alquran sejak berabad-abad silam.

Wallahu A’lam Bishawb

Related Posts

Leave a Comment