Home Seputar Islam Luar Biasa! Inilah Berbagai Peristiwa Istimewa Pada Bulan Rajab

Luar Biasa! Inilah Berbagai Peristiwa Istimewa Pada Bulan Rajab

by Arundaya Maulana
Kisah Luar Biasa Pada Bulan Rajab/freepik

PROGRESIF EDITORIAL – Rajab adalah bulan ketujuh dalam penanggalan Hijriyah yang terdiri dari total 12 bulan. Dari keseluruhan bulan tersebut, Allah SWT menetapkan empat bulan sebagai bulan-bulan suci (asyhurul hurum): Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Keempat bulan ini memiliki keutamaan khusus yang membedakannya dari delapan bulan lainnya.

Dikutip dari NU Online, Allah SWT telah menetapkan Rajab sebagai bulan yang penting dan mulia, bersama dengan tiga bulan lainnya, untuk memberikan kesempatan kepada umat Islam agar bisa mengambil manfaat dan keutamaan yang ada di dalamnya. Penetapan ini sebagai bulan yang istimewa menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk mencari inspirasi dan mencapai keunggulan selama bulan suci ini. Allah SWT berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an : 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ 

Artinya, “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.” (Surat At-Taubah ayat 36). 

Pada bulan-bulan yang dianggap mulia seperti Rajab, terdapat kisah-kisah hebat di dalamnya. Para sejarawan Muslim mencatat bahwa salah satu peristiwa besar pada bulan ini adalah dimulainya nur nubuwwah (cahaya kenabian) Rasulullah saw di rahim ibunya, Siti Aminah.

Bulan Rajab juga menjadi saksi beberapa peristiwa penting dalam sejarah umat Islam. Fakta ini tidak terjadi secara kebetulan semata, melainkan mencerminkan keistimewaan bulan Rajab. Beberapa peristiwa tersebut sebagai berikut :

Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin yang nantinya diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Setelah mengandung selama sembilan bulan, pada bulan Rabi’ul Awwal, Sayyidah Aminah melahirkan makhluk yang paling mulia, yaitu Nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kelahirannya dianggap sebagai rahmat yang Allah anugerahkan kepada seluruh alam semesta.

Pada tanggal 27 Rajab, terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj, salah satu mukjizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam konteks mu’jizat ini, penting untuk dijelaskan bahwa Isra’ dan Mi’raj bukanlah perintah Allah kepada Rasulullah untuk secara fisik naik ke atas dan bertemu langsung dengan-Nya. Mu’jizat ini memiliki tujuan untuk memuliakan Rasulullah, menunjukkan beberapa keajaiban dan tanda kekuasaan Allah, serta menerima perintah shalat di tempat yang sangat mulia dan tidak pernah digunakan untuk melakukan maksiat.

Baca Juga:  Menghindari sikap Egois dengan Tawadhu’

Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah menegaskan bahwa Allah Maha Suci dari batasan tempat dan arah. Keberadaan-Nya tidak terikat pada tempat dan arah. Isra’ dan Mi’raj dimaksudkan untuk menghormati Rasulullah, memperlihatkan keajaiban-keajaiban, dan menunjukkan kekuasaan Allah, serta menerima perintah shalat di tempat yang sangat mulia, bukan untuk menunjukkan bahwa Allah berada di atas dan Rasulullah diarahkan untuk naik ke atas.

Pada hari kesepuluh bulan Rajab tahun 9 H, perang Tabuk terjadi. Keempat, pada bulan Rajab tahun 9 H, raja al-Habasyah, an-Najasyi, tutup usia dalam keadaan muslim.

Imam Syafi’i meninggal pada bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun dan dimakamkan di Mesir.

Pada bulan Rajab tahun 101 H, Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz meninggal dalam usia 39 tahun.

Pada 16 Rajab 1344 H, yang bersamaan dengan 31 Januari 1926, para ulama berkumpul di Surabaya dan menyepakati pendirian Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi sosial dan keagamaan. Salah satu tujuan utamanya adalah memperjuangkan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan sistem bermadzhab dalam beragama.

Pada tanggal 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis, Palestina. Dalam usahanya membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddin al Ayyubi tidak hanya menyiapkan tentara dan peralatan perang, tetapi juga mempersatukan umat Islam dalam ikatan aqidah yang benar, yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Kesatuan aqidah membawa kesatuan hati, menjadi kekuatan dahsyat yang tidak terkalahkan. Salah satu langkahnya adalah memerintahkan setiap muadzdzin di wilayah kekuasaannya untuk mengumandangkan aqidah Asy’ariyyah setiap hari sesaat sebelum adzan subuh.

Related Posts

Leave a Comment