PROGRESIF EDITORIAL – Sina, yang di Barat lebih dikenal dengan nama Avicenna, bukanlah sosok sembarangan. Ia adalah salah satu tokoh paling brilian di Zaman Keemasan Islam, seorang “polimat” sejati yang menguasai berbagai bidang ilmu. Ia adalah seorang dokter yang mengubah cara dunia memandang pengobatan, seorang astronom yang menyingkap misteri langit, dan seorang penulis produktif yang karyanya menjadi rujukan selama berabad-abad.
Karya monumental Avicenna, “Kitab Al-Qanun fi at-Tibb” (The Canon of Medicine), menjadi ensiklopedia medis standar di Eropa dan Timur Tengah hingga abad ke-17. Kitab ini tidak hanya mengumpulkan pengetahuan medis yang ada, tetapi juga menambahkan wawasannya sendiri tentang diagnosis, pengobatan, dan farmakologi. Karena kontribusinya yang tak ternilai, ia sering dijuluki “Bapak Kedokteran Modern”.
Selain di bidang kedokteran, Avicenna juga adalah filsuf paling berpengaruh di era pra-modern. Karyanya di bidang filsafat, seperti “Kitab al-Shifa” (The Book of Healing), menggabungkan tradisi Aristoteles dengan pemikiran Islam. Ia berusaha menyatukan akal dan wahyu, menciptakan fondasi baru bagi pemikiran rasional dan spiritual yang sangat mempengaruhi dunia Barat maupun Timur.
Singkatnya, Ibnu Sina adalah seorang pelopor yang tak hanya menguasai ilmunya, tetapi juga membangun jembatan antara peradaban dan era. Karyanya yang abadi menjadi bukti nyata bahwa ia bukan hanya seorang ilmuwan, tetapi juga pembangun peradaban.
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
“Wallahu a’lam bishawab”
“Dan Allah Maha Mengetahui (kebenaran yang) sesungguhnya”.