Home Berita Mengapa Islam Melarang Keras Tindakan Bunuh Diri?

Mengapa Islam Melarang Keras Tindakan Bunuh Diri?

by Aqila Nur Rahmalia
Larangan Bunuh DIri salam Islam/freepik

PROGRESIF EDITORIAL – Dalam dua minggu terakhir, terjadi beberapa kasus bunuh diri yang menjadi sorotan di Indonesia. Salah satu kasus yang mencuat adalah kematian tragis Briptu TW, seorang anggota polisi di Tuban, Jawa Timur. Dilansir Viva News, Briptu TW ditemukan meninggal gantung diri pada 15 Agustus 2024. Kasus ini merupakan kejadian kedua dalam seminggu di mana anggota kepolisian di Jawa Timur meninggal dengan cara yang sama, setelah sebelumnya seorang Kapolsek di Mojokerto juga ditemukan tewas gantung diri.

Kasus lain yang menyedihkan adalah kematian Dr. Aulia Risma Lestari, seorang dokter muda yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro. Dilansir dari Kompas, Dia ditemukan meninggal setelah diduga menyuntikkan obat anestesi pada dirinya sendiri. Kasus ini mendapat perhatian luas karena adanya dugaan bahwa ia mengalami tekanan berat selama menjalani pendidikan spesialis, yang mungkin mempengaruhi kesehatan mentalnya.

Kasus-kasus ini menyoroti masalah kesehatan mental yang serius dan kebutuhan akan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang berada dalam situasi rentan. Bunuh diri juga dapat dipicu oleh rasa cemas yang berlebihan serta akibat keabaian dari lingkungan sosial terdekat mereka. Akan tetapi, Bunuh diri dilarang keras dalam Islam karena beberapa alasan mendasar yang berkaitan dengan keyakinan dan tentu saja ajaran agama. Dalam islam, kehidupan dianggap sebagai anugerah berharga yang diberikan oleh Allah SWT. Umat Muslim diajarkan untuk menjaga dan menghargai kehidupan ini. Mengakhiri hidup sendiri dianggap sebagai tindakan yang melawan kehendak-Nya yang memiliki hak mutlak atas kehidupan dan kematian.

Al-Qur’an secara tegas melarang tindakan bunuh diri. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa’ (4:29): 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا ۝٢٩

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Baca Juga:  Mengenal Kesultanan Mataram Islam, Sang Penguasa Tanah Jawa

Allah SWT mengajarkan bahwa kehidupan di dunia adalah ujian dan cobaan. Setiap kesulitan dan penderitaan yang dialami manusia merupakan bagian dari ujian tersebut. Umat Muslim diajarkan untuk bersabar dan mencari pertolongan kepada Allah SWT melalui doa dan usaha yang baik. Hal ini yang juga diharapkan agar manusia dapat mengambil hikmah dari segala ujian serta tak lupa untuk bersyukur atas kemudahan, kesehatan dan dan karunia yang diberikan-Nya.

Sebagai umat Islam, memanfaatkan ajaran – ajaran yang telah diberikan oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad dapat menjadi pilihan baik bagi kita untuk menghindari rasa cemas dan kekhawatiran akan permasalahan atau pun masa depan. Menggabungkan pendekatan spiritual, sosial, dan praktis, Islam menyediakan panduan yang komprehensif untuk membantu mengatasi kegugupan dan depresi. Salah satu cara untuk menghindari rasa cemas adalah dengan berusaha untuk menerima diri sendiri serta mengusahakan perasaan bahagia atas kehidupannya. implementasi kebahagiaan di dalam islam bisa dilakukan dengan tindakan sederhana. KH Agoes Ali Masyhuri menyebut salah satunya dengan memiliki iman kepada Nabi Muhammad SAW, bila kita beriman padanya maka akan menumbuhkan kepekaan personal dan sosial seorang manusia.

Lebih lanjut lagi Gus Ali menjelaskan beberapa kiat hidup untuk meraih kebahagiaan, apa saja?

Perbanyak investasi akhirat, beribadah dan beramal jariyah merupakan hakikat kehidupan manusia yang paling hakiki, mengingat bahwa kehidupan dunia hanya sementara.

Perbanyak rasa syukur Perbanyak mengucapkan hamdalah. Perlu diingat, meski manusia adalah makhluk paling sempurna diantara cipataan Allah SWT, namun tidak ada kehidupan paling sempurna bagi manusia. Tidak perlu membandingkan kehidupan orang satu sama lain.

Selalu berpikir positif, dengan selalu menjaga pikiran positif dapat mengurangi pikiran buruk dan cemas. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 216 disebutkan bahwa “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”.

Perbanyak berbagi, usahakan banyak berbagi untuk memperluas rejeki kita

Cukup Beristirahat, jangan terlalu memaksakan diri pada hal yang bersifat duniawi dan materialistik, salah satunya dengan mencukupkan waktu tidur

Baca Juga:  Membuka Lembar Baru sebagai Santri

Perbanyak tersenyum, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “tersenyum dihadapan saudaramu bernilai sedekah bagimu”. dengan memperbanyak senyum dapat memberikan perasaan positif bagi diri sendiri dan orang lain

Bangun lebih pagi, dengan bagun lebih pagi memberikan semangat bagi manusia untuk menjalankan aktifitas, utamanya beraktifitas sebangun tidur setelah subuh.

Rutin berolahraga, olahraga yang baik salah satunya adalah renang, melakukan olahraga dapat menjaga ketahanan fisik sehingga mempengaruhi mentalitas kita.

Berlibur, untuk menjaga sikap dan mental yang tenang, manusia perlu berlibur untuk menenangkan pikiran batin

Jangan membandingkan rumput tetangga, Manusia memiliki porsinya masing – masing belum tentu nikmat yang dimiliki orang lain itu baik bagi kita

Sebagai penutup, Islam menekankan pentingnya menjaga kehidupan, bersabar dalam menghadapi ujian, dan mencari pertolongan dari Allah SWT serta tentu saja pertolongan dari sesama manusia. Sebagai catatan, Jika ada seseorang yang merasa putus asa atau mengalami kesulitan, sangat dianjurkan untuk lebih lanjut mencari bantuan dari profesional kesehatan mental serta mengusahakan agar yang bersangkutan dapat mendapatkan dukungan dari lingkungan sosial terdekatnya.

Related Posts

Leave a Comment