Daulah Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam ketiga yang berkuasa antara 750-1258. Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652).
Selain menjadi kekhalifahan yang paling lama memerintah, yaitu selama lima abad, Abbasiyah juga berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Dinasti Abbasiyah resmi berdiri setelah memenangkan revolusi atas Kekhalifan Bani Umayyah pada tahun 750.
Dinasti Abbasiyah memerintah sebagai khalifah di Baghdad, Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah pada 750 masehi. Khalifah Abbasiyah juga memindahkan Ibu Kota pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad.
Selama lima abad pemerintahannya, kekhalifahan ini berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.
Latar belakang berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari berbagai masalah yang mewarnai pemerintahan Bani Umayyah.
Sejak awal berdirinya Dinasti Umayyah (Sunni), kelompok Muslim Syiah telah memberontak karena merasa hak mereka terhadap kekuasaan dirampok oleh Muawiyah (pendiri Bani Umayyah) dan keturunannya. Begitu pula dengan kelompok Khawarij, yang juga merasa bahwa hak politik tidak dapat dimonopoli oleh keturunan tertentu, tetapi hak setiap Muslim.
Kekhalifahan Abbasiyah berusaha menggulingkan Kekhalifahan Umayyah karena mengklaim sebagai penerus sejati Nabi Muhammad, berdasarkan garis keturunan mereka yang lebih dekat. Pemberontakan yang dilakukan Bani Abbasiyah didukung oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan dengan tambahan faksi Yaman dan Mawali mereka.
Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas, kemudian mulai menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar II.
Dalam revolusinya, Daulah Abbasiyah berbekal janji akan mendirikan sistem yang lebih ideal bagi umat Islam, daripada Dinasti Umayyah yang dinilai sebagai penindas dan tidak memiliki legitimasi keagamaan.
Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan mereka semakin memuncak. Akhirnya pada 750 masehi, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Dinasti Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.
Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan budaya.
Dinasti Abbasiyah juga pernah mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M). Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid memerintah, negara bani Abbasiyah menjadi negara dalam keadaan yang makmur. Keadaan tersebut seperti, kekayaan melimpah, keamanan terjamin, dan ilmu agama seperti ilmu fiqih juga berkembang. Perkembangan dari ilmu fiqih ditandai dengan munculnya empat mazhab fiqih.
Faktor yang paling utama penyebab tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah didirikannya tempat-tempat pendidikan, seperti akademi dan perpustakaan. Pada masa itu, perpustakaan berperan layaknya universitas pada zaman sekarang.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan berada pada zaman keemasannya. Hal tersebut menjelaskan perkembangan pada bidang ekonomi, pendidikan dan hukum pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa inilah negara Islam menempatkan diri sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Namun Jatuhnya Kekhalifaan Dinasti Abbasiyah pun dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
Persaingan antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Namun dalam prosesnya, orang-orang Persia tidak merasa puasdan menginginkan sebuah dinasti dengan staf dari negaranya. Sementara bangsa Arab beranggapan bahwa mereka istimewa dan menganggap rendah bangsa non-Arab. Oleh karena itu, muncullah dinasti-dinasti yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad.
Kemerosotan ekonomi
Meski sempat bergelimang kekayaan, Kekhalifahan Abbasiyah mulai mengalami kemunduran di bidang ekonomi karena pendapatan terus menurun sementara pengeluaran mereka terus meningkat.
Perang Salib
Perang Salib yang berlangsung selama beberapa periode tidak hanya menelan banyak korban, tetapi juga menimbulkan kerugian yang besar.
Serangan Bangsa Mongol dan jatuhnya Baghdad
Pada 1258 masehi, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang menyerang Baghdad. Penguasa terakhir Kekhalifahan Abbasiyah benar-benar tidak berdaya membendung tentara mongol sebanyak itu. Jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol secara otomatis mengakhiri kekuasaan Bani Abbasiyah.
Wallahu A’lam Bishawb