Setelah kematian Amangkurat, 2 putranya memimpin tanah secara bergantian dengan nama Amangkurat II dan Pakubuwana. Selanjutnya, keturunan keduanya turut memimpin secara bergantian dengan nama Amangkurat III dan IV. Namun, kelak hanya keturunan Amangkurat IV yang memimpin Mataram. Sementara, Amangkurat III diasingkan ke Srilanka hingga kematiannya.
Di masa 4 sultan tersebut, muncul berbagai pemberontakan dari beberapa wilayah dan penyerangan dari VOC. Namun, semua itu masih dapat ditaklukkan. Sayangnya, setelah kematian Amangkurat IV, 3 putranya saling berlomba untuk menjadi raja selanjutnya. Akhirnya, VOC tak menyiakan kesempatan tersebut dengan membuat Perjanjian Giyanti.
Perjanjian Giyanti membagi Mataram menjadi 2 wilayah besar, yaitu Surakarta pimpinan Pakubuwana II dan Jogjakarta pimpinan Hamengkubuwana. Kelak, Mangkunegara memisahkan diri dari Surakarta dan Pakualaman memisahkan diri dari Jogjakarta.
Banyak sekali hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut. Mulai dari bagaimana kita harus memilih penerus yang tepat untuk memimpin sebuah komunitas, hingga bagaimana kita harus mengedepankan akal kita agar tak dapat diadu domba oleh oknum pemecah belah bangsa.