PROGRESIF EDITORIAL – Kelas menengah merupakan kelompok yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Salah satu indikator utama untuk mengidentifikasi kelas menengah adalah tingkat pendapatan. Kelas menengah umumnya memiliki penghasilan yang berkisar antara dua pertiga hingga dua kali lipat dari pengeluaran rata-rata masyarakat. Bank Dunia mengklasifikasikan kelas menengah berdasarkan pengeluaran per kapita, yaitu berkisar antara 3,5 hingga 17 kali garis kemiskinan. Di Indonesia, hal ini setara dengan pendapatan sekitar Rp 2,04 juta hingga Rp 9,90 juta per kapita per bulan (Republika, 2024).
Kelas menengah cenderung terdiri dari individu-individu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka umumnya bekerja dalam profesi yang memerlukan pendidikan formal lanjutan, seperti dokter, pengacara, dan guru (Detik, 2024). Pendidikan tinggi menjadi faktor penting yang membedakan kelas menengah dari kelas lainnya, karena pendidikan membuka akses ke pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Kelas menengah menyumbang sekitar 82% dari total konsumsi masyarakat Indonesia (Kompas, 2024). Dengan penghasilan yang lebih tinggi, mereka memiliki kemampuan untuk mengonsumsi barang dan jasa lebih banyak dibandingkan kelas bawah. Pola konsumsi ini juga mencerminkan peran besar kelas menengah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi fenomena yang signifikan dan berimplikasi serius terhadap perekonomian nasional. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai hal tersebut:
Tren Penurunan Kelas Menengah
Jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan:
- Pada tahun 2019, jumlah kelas menengah mencapai 57,33 juta orang
- Pada tahun 2024, jumlah tersebut menurun menjadi 47,85 juta orang
Ini berarti terjadi penurunan sebesar 9,48 juta orang atau sekitar 16,5% dari kelas menengah.
Faktor-Faktor Penyebab
Penurunan kelas menengah di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan. Salah satu penyebab terbesar adalah dampak pandemi COVID-19, yang mempengaruhi ekonomi sejak 2020 dan masih dirasakan hingga saat ini. Pandemi telah menimbulkan tekanan besar pada perekonomian, memaksa banyak keluarga kelas menengah untuk mengalihkan prioritas pengeluaran mereka. Pengeluaran yang sebelumnya lebih fleksibel kini lebih banyak diarahkan pada kebutuhan pokok seperti makanan, iuran, pajak, dan perumahan. Selain itu, penurunan jumlah pekerjaan formal juga memperparah kondisi kelas menengah, dengan semakin banyak orang yang terpaksa bekerja di sektor informal yang kurang stabil.
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap penurunan ini adalah peningkatan beban pajak yang harus ditanggung oleh kelas menengah. Meskipun kontribusi pajak mereka meningkat, manfaat atau insentif yang diterima dari pemerintah dianggap relatif kecil, sehingga memperberat situasi ekonomi mereka. Beban pajak yang tinggi tanpa diimbangi dengan dukungan yang cukup dari pemerintah telah menciptakan ketidakpuasan di kalangan kelas menengah, yang sebelumnya menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.
Implikasi Terhadap Perekonomian
Penurunan jumlah kelas menengah memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia:
- Penurunan Konsumsi Rumah Tangga: Kelas menengah berkontribusi sekitar 82% dari total konsumsi masyarakat Indonesia. Penurunan jumlah mereka berpotensi menurunkan tingkat konsumsi nasional.
- Ancaman Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Konsumsi rumah tangga menyumbang 56% dari ekonomi Indonesia. Penurunan konsumsi kelas menengah dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
- Penurunan Penerimaan Pajak: Kelas menengah merupakan kontributor signifikan terhadap penerimaan perpajakan negara.
- Dampak pada Lapangan Kerja: Kelas menengah berperan penting dalam pembukaan lapangan kerja. Penurunan jumlah mereka dapat berdampak pada ketersediaan lapangan kerja.
- Pengaruh pada Sektor Industri: Penurunan kelas menengah dapat mempengaruhi produktivitas perdagangan, ekspor, dan industri di Indonesia.
Langkah-Langkah Perbaikan
Untuk mengatasi tantangan dalam penciptaan lapangan kerja, beberapa langkah strategis dapat diambil. Salah satunya adalah fokus pada penciptaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik di industri besar maupun di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sektor-sektor ini memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja secara signifikan. Selain itu, pemerintah dapat memberikan berbagai insentif guna mendorong pertumbuhan usaha, seperti insentif pembiayaan, keringanan pajak, serta penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk mendukung keberlanjutan bisnis.
Langkah selanjutnya yang dapat diambil adalah meningkatkan daya saing Indonesia dalam hal biaya energi dan logistik. Biaya yang kompetitif dalam dua aspek tersebut akan menarik lebih banyak investasi yang pada akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja. Kombinasi dari penciptaan lapangan kerja, pemberian insentif, dan peningkatan daya saing akan membantu mengatasi tantangan ekonomi dan membuka peluang yang lebih luas bagi tenaga kerja di Indonesia.