Home » Berita » Sumpah Pemuda: Bukan Sekadar Ikrar, Tapi Proklamasi Jiwa yang Menyatukan Nusantara

Sumpah Pemuda: Bukan Sekadar Ikrar, Tapi Proklamasi Jiwa yang Menyatukan Nusantara

by Arventza Martins
1 minutes read

PROGRESIF EDITORIAL – Pada hakikatnya, Sumpah Pemuda bukanlah sekadar tiga poin ikrar yang dibacakan pada tahun 1928, melainkan sebuah proklamasi jiwa yang secara dramatis mengubah arah sejarah. Bayangkan sekelompok anak muda dari beragam latar belakang—Jawa, Sumatera, Ambon, Sulawesi—yang sebelumnya berjuang atas nama daerahnya masing-masing. Mereka sadar, kapal kecil yang dipisahkan oleh laut takkan pernah bisa menghadapi badai besar kolonialisme. Justru di tengah perbedaan suku, bahasa, dan adat istiadat itulah, mereka menemukan benang merah takdir: mereka berbagi tumpah darah yang sama.

Sumpah Pemuda kemudian menjadi sihir yang menyatukan. Ia memaksa kita untuk melihat bentangan Nusantara yang maha luas, dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di timur, dari Miangas di utara hingga Rote di selatan, bukan sebagai kumpulan pulau yang tercerai-berai, melainkan sebagai satu kesatuan utuh. Lautan yang seolah memisahkan, sejatinya adalah kolam yang menyatukan, tempat di mana setiap ombak membawa pesan persaudaraan. Ikrar “Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa” adalah janji suci untuk menanggalkan ego kedaerahan, mengubah perbedaan menjadi energi, dan menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama yang harus dibela, diwujudkan, dan dibanggakan oleh setiap anak bangsa. Hari ini, semangat Sumpah Pemuda tetap relevan, mengingatkan kita bahwa kekuatan sejati bangsa ini terletak pada kemampuan kita untuk bersatu di tengah kemajemukan.

Related Posts

Leave a Comment