Di antara perkara yang masih membingungkan sebagian masyarakat adalah mengenai hukum makan daging kurban bagi orang yang berkurban. Maka dari hal tersebut timbulkah pertanyaan, benarkah orang yang berkurban tidak boleh makan daging kurbannya?
Mengenai masalah ini, para ulama membagi dua perincian hukum mengenai kebolehan makan daging kurban bagi orang yang berkurban itu sendiri.
Pertama, jika kurban tersebut adalah kurban sunnah atau tathawwu’, maka para ulama sepakat mengenai kebolehan makan daging kurban bagi orang yang berkurban dan keluarganya. Bahkan orang yang berkurban dianjurkan sebagimana pendapat dalam kitab I’anatut Thalibin karya Syekh Abdullah bin Mahmud Al Banjari.
والافضل: التصدق بكله إلا لقما يتبرك بأكلها، وأن تكون من الكبد، وأن لا يأكل فوق ثلاث، والتصدق بجلدها.
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,2/379
Kedua, jika kurban tersebut adalah kurban nadzar, maka orang yang berkurban tidak boleh makan daging kurbannya.
Maka wajib menyedekahkan seluruhnya, termasuk tanduk dan kuku hewan. Jika ia mengonsumsi sebagian dari hewan tersebut, maka wajib menggantinya dan diberikan pada orang fakir.
(قوله: ويحرم الأكل إلخ) إي يحرم أكل المضحى والمهدي من ذلك، فيجب عليه التصدق بجميعها، حتى قرنها، وظلفها.
فلو أكل شيئا من ذلك غرم بدله للفقراء
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,2/378]
[mhl/zed]