Home Dawuh Kyai Hina Dunia dan Ketinggian Nilai Iman: Perspektif Islam

Hina Dunia dan Ketinggian Nilai Iman: Perspektif Islam

by Arundaya Maulana
Freepik/ketinggian nilai iman

PROGRESIF EDITORIAL – Islam menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan menjadi ladang ujian bagi manusia. Sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk tidak terperdaya oleh kenikmatan dunia yang bersifat sementara dan harus lebih fokus pada hal-hal yang bersifat kekal, yaitu akhirat. Allah SWT menunjukan hinanya dunia ini melalui banyak hal, yang mengajarkan kita untuk tidak terlalu berlebihan dalam mengejar kenikmatan duniawi.

Salah satu tanda kehinaan dunia adalah orang-orang yang sombong dan tidak memahami hakikat kehidupan. Kesombongan adalah sikap yang ditolak dalam Islam, karena menunjukkan ketidakpedulian terhadap orang lain dan lupa bahwa segala yang kita miliki hanyalah pinjaman dari Allah SWT. Orang sombong biasanya mencari kenikmatan dari hal-hal yang sebenarnya kotor dan rendah, serta melupakan tujuan sejati kehidupan.

Cara seseorang memandang ukuran banyak atau sedikit juga bisa menjadi penanda. Kebanyakan orang mengukur sesuatu berdasarkan sudut pandang duniawi, tetapi sebagai Muslim, kita harus selalu mengingat bahwa ukuran sebenarnya adalah bagaimana Allah SWT melihatnya. Ketika kita ragu tentang jumlah sesuatu, dalam konteks hukum Islam, maka dianggap sedikit. Prinsip ini membantu kita untuk bersikap lebih berhati-hati dan tidak berlebihan dalam menilai sesuatu.

Segala hal yang kita pelajari dari Rasulullah SAW selalu memberikan panduan yang tepat. Rasulullah SAW memberikan contoh-contoh praktis yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, jika kita mimisan, kita bisa menyumbat hidung dan melanjutkan sholat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beribadah, kita tidak perlu terlalu khawatir tentang hal-hal kecil yang bisa diatasi dengan mudah.

Jika baju kita terkena najis sementara waktu sholat tinggal sedikit, kita diharuskan mencuci baju terlebih dahulu karena kita memiliki kemampuan untuk melakukannya. Namun, jika kita sedang berada di jalan yang diyakini najis, kita dimaafkan karena sulit menghindari najis tersebut. Ini menggambarkan prinsip keringanan dalam Islam yang memberikan kemudahan kepada umatnya, terutama dalam situasi sulit.

Islam juga memiliki ketentuan tentang najis yang jelas. Jika najis mengenai ujung kaki yang digunakan untuk berjalan, hal itu dimaafkan karena dianggap tak terhindarkan. Namun, jika najis mengenai bagian lain dari pakaian atau tubuh, kita harus membersihkannya karena kita memiliki kemampuan untuk melakukannya. Prinsip ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian dalam ibadah, tetapi juga memahami batasan-batasan yang masuk akal dalam situasi tertentu.

Baca Juga:  Mengenal Cucu Rasulullah Selain Hasan & Husain

Kesimpulannya, Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana kita harus memahami dan menghadapi kehidupan dunia. Kita diajarkan untuk tidak sombong, menjaga kebersihan, dan memahami bahwa dunia ini hanyalah tempat sementara. Yang terpenting adalah iman, dan apa yang kita lakukan di dunia ini akan menentukan kehidupan kita di akhirat. Rasulullah SAW telah memberikan contoh-contoh yang bisa kita ikuti untuk menjalani kehidupan yang penuh berkah dan bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain.

Sumber : Kajian kitab Fathul Mu’in Karya Syekh Zainuddin Al-Malibari bersama Gus Aria, Agustus (2023)

Related Posts

Leave a Comment