PROGRESIF EDITORIAL – Abuya KH. Agoes Ali Masyhuri dawuh tentang kisah Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Abu Jahal saat peristiwa Isra’ Mi’raj. Peristiwa agung ini bukan hanya menjadi tanda kebesaran Allah SWT, tetapi juga menjadi ujian keimanan yang memisahkan antara yang beriman sejati dan yang mendustakan kebenaran.
Peristiwa Isra’ Mi’raj dalam Al-Qur’an
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Peristiwa ini diabadikan dalam:
Surah Al-Isra ayat 1:
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)
Reaksi Abu Jahal: Simbol Pendustaan
Setelah Nabi Muhammad ﷺ kembali dari Isra’ Mi’raj, beliau menceritakan pengalaman tersebut kepada kaum Quraisy. Abu Jahal, musuh utama Nabi, langsung mengejek dan menyebarkan berita ini ke seluruh Mekah dengan tujuan mempermalukan Rasulullah.
Abu Jahal berkata dengan sinis, “Apakah kamu akan menceritakan itu kepada kaum Quraisy?” Nabi menjawab, “Iya.” Lalu Abu Jahal mengumpulkan orang-orang untuk mengejek Nabi. Namun, ejekan tersebut menjadi ujian iman bagi para sahabat.
Sayyidina Abu Bakar Mendapat Gelar As-Shiddiq
Ketika kabar Isra’ Mi’raj sampai kepada Sayyidina Abu Bakar, para Quraisy menduganya akan menolak cerita tersebut. Namun, dengan penuh keyakinan, Abu Bakar berkata:
“Jika Muhammad ﷺ yang mengatakan, maka aku percaya.”
Sikap ini membuat Nabi Muhammad ﷺ memberinya gelar As-Shiddiq, yang berarti “yang membenarkan” atau “yang teramat jujur.” Keimanan Abu Bakar tidak tergoyahkan karena ia yakin pada kerasulan Nabi.
Hadis tentang Keimanan Abu Bakar
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seseorang memanggilku dengan dusta kecuali ia ragu, tetapi Abu Bakar telah membenarkanku tanpa ragu.” (HR. Al-Bukhari)
Perbedaan Abu Bakar dan Abu Jahal
- Abu Bakar: Iman yang kokoh, percaya sepenuhnya pada Rasulullah ﷺ.
- Abu Jahal: Simbol kekafiran dan kedengkian terhadap kebenaran.
Surah Al-Anfal ayat 2:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)
Pelajaran yang Bisa Diambil
- Keimanan Sejati: Seperti Abu Bakar yang membenarkan tanpa keraguan.
- Bahaya Kesombongan: Seperti Abu Jahal yang menolak kebenaran meski melihat tanda-tanda nyata.
- Pentingnya Membela Kebenaran: Dalam kondisi apa pun, seperti Abu Bakar membela Nabi.
Dawuh Abuya KH. Agoes Ali Masyhuri mengingatkan kita tentang makna keimanan dan keberpihakan pada kebenaran. Semoga kita dapat meneladani Abu Bakar As-Shiddiq dan terhindar dari sifat buruk seperti Abu Jahal.
Wallahu A’lam Bish-shawab.
Sumber: Pengajian Rutin ‘Senin’ bersama Abuya Agoes Ali Masyhuri, Februari (2025).