Home Dawuh Kyai Memberi Itu Kaya: Hikmah dan Makna dalam Ajaran Islam

Memberi Itu Kaya: Hikmah dan Makna dalam Ajaran Islam

by Arundaya Maulana
Hikmah Memberi/Freepik

PROGRESIF EDITORIAL – Dawuh KH. Agoes Ali Masyhuri mengandung makna yang dalam tentang pentingnya memberi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, memberi bukan hanya sekadar tindakan fisik, tetapi juga merupakan wujud dari keimanan dan rasa solidaritas terhadap sesama. Mari kita telusuri lebih lanjut poin-poin yang beliau sampaikan.

1. “Memberi itu kaya.”

Memberi dalam konteks ini menunjukkan bahwa tindakan berbagi dapat memperkaya jiwa seseorang. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti biji yang menumbuhkan tujuh biji; pada tiap-tiap biji ada seratus butir. Dan Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” 

(QS. Al-Baqarah: 261)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan memberi akan berbuah pahala yang berlipat ganda. Kehidupan yang penuh dengan kedermawanan juga memperkaya pengalaman dan hubungan sosial kita.

2. “Jika tanganmu berat untuk memberi kepada sesama, maka ringankanlah lisanmu untuk mendoakan.”

Mendoakan orang lain adalah bentuk lain dari memberi. Dalam hadits sahih, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya adalah mustajab. Di sisinya ada seorang malaikat yang ditugaskan, dan setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata, ‘Amin, dan untukmu juga sepertinya.'” 

(HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa mendoakan sesama juga merupakan bentuk kepedulian dan kasih sayang. Meskipun kita mungkin tidak memiliki banyak harta untuk diberikan, kita tetap bisa berbagi doa yang penuh harapan dan kebaikan.

3. “Ukuran ngekei uwong iku lek awak e sek seneng.”

Ungkapan ini menyiratkan bahwa memberi kepada orang lain seharusnya berdasarkan pada rasa suka kita terhadap sesuatu yang kita miliki. Dalam konteks ini, kita diingatkan untuk tidak memberi barang yang sudah tidak kita inginkan, tetapi memberi dengan tulus dari apa yang kita masih hargai. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghapus (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti, seperti (perbuatan) orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.” 

Baca Juga:  Rahasia Keluarga Sakinah, Mawwadah, Warahmah

(QS. Al-Baqarah: 264)

Hal ini mengajarkan kita untuk memberi dengan niat yang baik dan dengan barang yang benar-benar bernilai, baik secara fisik maupun emosional.

Dawuh KH. Agoes Ali Masyhuri menegaskan bahwa memberi adalah bagian integral dari kehidupan yang membawa kekayaan jiwa. Dalam Islam, kita diajarkan untuk memberi dengan niat yang tulus, baik melalui harta maupun doa. Dengan begitu, kita tidak hanya berkontribusi terhadap kesejahteraan orang lain, tetapi juga memperkaya diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Mari kita senantiasa berusaha menjadi pribadi yang dermawan dan penuh kasih sayang.

Sumber: Pengajian ‘Rutin’ Senin bersama KH. Agoes Ali Masyhuri, September (2024).

Related Posts

Leave a Comment