PROGRESIF EDITORIAL– Sebagian dari kalian tentu pernah mendengar tentang tasawuf. Ya, ilmu ini telah melahirkan sufi seperti Muhammad al-Ghazali, Abdul Qadir al-Jilani, Siti Jenar, dan masih banyak lagi. Namun, tahukah kamu apa sebenarnya tasawuf itu?.
- Definisi
Secara bahasa, tasawuf berakar dari shafa – tashawwafa – yatashawwafu, yang memiliki arti jernih, bersih, atau suci. Sifat-sifat ini dilekatkan pada mereka yang memiliki hati yang suci dan bersih, sebagai hasil dari latihan kerohanian yang amat dalam, menjauhi segala sifat kotor dan nafsu duniawi.
Menurut Ma’ruf al-Karkhi, tasawuf secara syariat adalah merengkuh segenap hakikat Ilahi, dan berpaling serta menanggalkan segenap yang ada di tangan makhluk. Ia juga memandang tasawuf sebagai kecenderungan metafisis yang didambakan setiap jiwa manusia untuk mencapai tingkat fana dan bersatu dengan tuhan.
- Sejarah
Terdapat beragam pendapat mengenai asal mula tasawuf, pendapat pertama mengatakan bahwa tasawuf muncul di zaman kenabian. Hal ini dapat diambil dari beragam riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah selalu bermunajat di malam hari, baik sebelum dan setelah diangkat menjadi rasul.
Namun, pendapat kedua mengatakan bahwa tasawuf telah muncul sebelum kenabian. Hal ini dapat diambil dari ucapan Muhammad bin Ishaq bin Yasar bahwa pada masa sebelum datangnya Islam, hanya segelintir orang berperilaku “sufi” yang mengunjungi Ka’bah.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa tasawuf baru muncul ketika seorang tabi’in dan sufi bernama Hasan al-Bashri menyuarakan agar umat menarik diri dari hingar bingar duniawi.
Hal ini dikarenakan pertikaian politik yang kerap terjadi di masa pergantian khalifah antara Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Sehingga, politik menjadi tempat yang terlihat kotor dan penuh dosa.
Selanjutnya, banyak sufi yang membangun fondasi tasawuf seperti Rabiah al-Adawiyah, Ma’ruf al-Karkhi, Malik bin Dinar, Dzu an-Nun al-Mishri, dan lain-lain. Sehingga, tasawuf di masa kini tidak hanya membahas tentang akhlak saja. Segala hal yang bernuansa filosofis pun turut menjadi pembahasan seperti hakikat ketuhanan dan esensi kemanusiaan.
- Prinsip
Menurut Habib Abdullah al-Haddad, tasawuf dibangun atas fondasi Islam, Iman, dan Ihsan. Dr. Nurcholis Madjid menafsirkan hal tersebut sebagai “trilogi ajaran Ilahi” dengan Islam sebagai fase awal, lalu di fase kedua yaitu Iman serta yakin dan ikhlas pada Allah, dan Ihsan sebagai fase puncak yaitu fana dengan dan di dalam sifat abadi Allah.
Menurut Muhammad al-Ghazali, tasawuf dibangun atas beberapa Tauhid, Makhafah, Mahabbah, dan Ma’rifat. Dari 4 tingkatan itu, muncullah berbagai tarekat atau jalan berupa taubat, sabar, tawakkal, ridha, dan zuhud (tidak mendahulukan dunia di atas akhirat sepenuhnya).
Menurut Abdul Qodir al-Jilani, tasawuf dibangun atas Tauhid, Shafa (kebersihan jiwa), Wilayah (kedamaian jiwa), dan fana dengan dan di dalam sifat abadi Allah.
- Tingkatan
Dalam tasawuf, terdapat beberapa tingkatan yang dilalui seseorang untuk menuju Allah, yaitu :
Syariat
Syariat ialah tingkatan terawal dalam tasawuf. Ia berisi setiap hukum maupun aturan dari al-Quran, al-Hadits, dan lainnya.
Meskipun berada di tingkat terendah, para sufi tidak meremehkan hal tersebut. Karena, syariat juga harus ditegakkan dalam perjalanan menuju Allah.
Thariqah (Tarekat)
Tarekat ialah jalan menuju Allah. Lantas, kalau memang sama-sama jalan menuju Allah, apa bedanya dengan Syariat?.
Tarekat adalah aplikasi dan implementasi dari Syariat. Serta, jalan Tarekat lebih terkhususkan daripada Syariat.
Berbagai aliran tarekat sufi telah berdiri dan tersebar di penjuru dunia, seperti Qadiriyah, Alawiyah, Syadziliyah, Naqsyabandiyah, dan lain-lain.
Hakikat – Ma’rifat
Hakikat ialah puncak dari segenap perjuangan menuju Allah. Di tingkat terakhir ini, tujuan dari perjalanan telah tercapai, yakni Ma’rifatullah.
Para sufi mengartikan hal ini dengan mengetahui hal gaib serta misteri dan rahasia Allah.
- Manfaat
Mempelajari tasawuf memiliki segudang manfaat. Apa sajakah itu?.
Menjauhkan keburukan dunia
Semakin lama, pengaruh buruk dunia semakin merajalela. Ia selalu berusaha melalaikan kita dari Allah.
Tasawuf dapat membersihkan pengaruh buruk dunia yang menjauhkan manusia dari Allah. Sehingga, kita dapat dekat dengan Allah tanpa meremehkan dunia.
Memperbaiki akhlak
Kita, manusia, adalah makhluk Allah paling sempurna. Sehingga, setiap unsur pada diri kita adalah yang paling sempurna, tak terkecuali akhlak.
Dengan mempelajari tasawuf, kita tentu dituntut untuk menyempurnakan akhlak. Sehingga, terciptalah keindahan dan kesantunan batin.
Menentramkan jiwa
Terkadang, hidup kita diwarnai kesedihan, amarah, dan cobaan yang dapat mengusik jiwa. Sehingga, kita tentu membutuhkan hal yang dapat menentramkan serta menjauhkan jiwa dari hal-hal demikian.
Tasawuf memang diciptakan untuk menciptakan rasa tentram pada jiwa. Sehingga, dengan mempelajarinya, diharapkan jiwa kita menjadi lebih tentram & jauh dari segala pengusik jiwa.
Memang, mempelajari tasawuf itu rumit. Namun, apabila kita bersungguh-sungguh untuk mempelajarinya. Niscaya, Allah akan memudahkan jalan kita.
Semoga ulasan ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan sarat akan berkah.
Amin ya rabbal alamin.
Editor: Indah Nur Laeli