Pernyataan KH. Agoes Ali Masyhuri berikutnya adalah:
“Perasaan bahagia dan sedih, susah dan senang bersumber dari diri kita sendiri.”
Pernyataan ini menyoroti bahwa perasaan kita bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi eksternal, tetapi juga oleh sikap dan pandangan kita terhadap situasi tersebut. Dalam Islam, ini sangat relevan dengan ajaran tentang bagaimana kita seharusnya mengelola perasaan kita dan bagaimana sikap kita terhadap kehidupan mempengaruhi kebahagiaan dan kesedihan kita.
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa perubahan dalam hidup kita, termasuk perasaan kita, sangat bergantung pada sikap dan pandangan kita sendiri. Allah SWT memberikan kita kebebasan untuk mengubah diri kita dan bagaimana kita menghadapi situasi hidup. Ini berarti bahwa perasaan bahagia atau sedih sering kali merupakan hasil dari bagaimana kita memilih untuk melihat dan merespon keadaan di sekitar kita.
Misalnya, seseorang yang memiliki pandangan positif dan sikap bersyukur akan cenderung merasakan kebahagiaan yang lebih besar meskipun menghadapi kesulitan. Sebaliknya, seseorang yang cenderung negatif mungkin merasa lebih tertekan meskipun situasinya tidak begitu buruk. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan kita bukan semata-mata ditentukan oleh situasi eksternal, tetapi juga oleh sikap kita terhadap situasi tersebut.
Pernyataan terakhir KH. Agoes Ali Masyhuri adalah:
“Diri kitalah yang mewarnai kebahagiaan dan kesedihan, sebagaimana air mengikuti bentuk wadahnya.”
Pernyataan ini memberikan gambaran metaforis tentang bagaimana perasaan kita mengikuti pandangan dan sikap kita, mirip dengan cara air mengikuti bentuk wadahnya. Ini menunjukkan bahwa bagaimana kita merasa bahagia atau sedih sangat dipengaruhi oleh cara kita melihat dan menghadapi situasi.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menekankan pentingnya niat dan pandangan kita terhadap tindakan kita. Ketika niat kita baik dan pandangan kita positif, kita akan lebih mampu merasakan kebahagiaan dan kepuasan, meskipun dalam situasi yang sulit. Sebaliknya, jika niat dan pandangan kita negatif, kita mungkin akan merasakan kesedihan bahkan dalam keadaan yang relatif baik.
Pemahaman tentang perasaan bahagia dan sedih dalam konteks keimanan adalah penting dalam Islam. KH. Agoes Ali Masyhuri mengajarkan kita bahwa perasaan kita terhadap perbuatan baik dan buruk mencerminkan kualitas iman kita. Hadis dan ayat Al-Qur’an yang relevan memperkuat pemahaman ini dengan menekankan bahwa perasaan kita dipengaruhi oleh sikap dan pandangan kita terhadap situasi. Sebagai seorang mukmin, penting untuk memiliki kesadaran moral yang kuat, mengelola perasaan kita dengan bijaksana, dan memiliki pandangan yang positif terhadap kehidupan.
Dengan memahami hubungan antara perasaan dan iman ini, kita dapat lebih baik mengelola emosi kita, meningkatkan kualitas ibadah kita, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menjadi mukmin yang baik, yang merasakan kebahagiaan dalam kebaikan dan kesedihan dalam keburukan, serta memiliki sikap positif yang mempengaruhi perasaan kita dengan cara yang konstruktif.
Sumber : Pengajian Rutin Senin “Nderek Abah Yai”, Agustus (2024).