KH. Hasan Saifourridzal lahir di Genggong pada 1928. Lahir dari pasangan KH. Muhammad Hasan dan Ny. Hj. Aminah. Sejak kecil, ia dipanggil Nun Ahsan. Panggilan ‘Nun’ konon didapat melalui wasiat Nabi Khidir as. pada ayahnya.
Seperti yang telah diceritakan sebelumnya bahwa ayah dari Nun Ahsan merupakan seorang wali yang memiliki derajat begitu mulia. Banyak kiai besar yang mengambil ilmu darinya. Bahkan, karyanya dipelajari pesantren di seluruh penjuru dunia hingga saat ini.
Sejak kecil, hidup Nun Ahsan penuh dengan perjuangan. Kedua orangtuanya bercerai, sehingga ia harus tinggal bersama ibunya di Bondowoso.
Nun Ahsan sehari-hari berjualan makanan di tempat publik seperti terminal, stadion, dan lain sebagainya. Selayaknya anak muda, Nun Ahsan juga sangat menyukai, bahkan handal dalam bermain sepak bola.
Nun Ahsan sudah memperlihatkan keluhuran tata krama sejak kecil. Ia selalu menuruti permintaan dan nasihat ibunya. Bahkan, ketika pulang dari Tanah Suci, ia bergegas sungkem di hadapan ibunya. Walaupun dikelilingi banyak santrinya, ia tidak malu menunjukkan baktinya pada wanita yang sudah melahirkan dan merawatnya.
