Kalau kita berkunjung ke makam Syaikhona R. KH. Muhammad Kholil, jangan lupa berkunjung ke makam keluarga yang berada di sekitarnya. Di sana, terdapat makam R. KH. Asror, R. KH. Abdul Lathif, dan R. KH. Kaffal.
Tapi, tahukah kalian siapa ketiga ulama ini?. Mereka adalah ulama sekaligus pejuang di tanah Bangkalan. Dari perjuangan mereka, Syaikhona R. KH. Muhammad Kholil bisa menjadi ulama yang besar dan masyhur.
R. KH. Asror adalah kakek dari R. KH. Abdul Lathif dan R. KH. Kaffal. Sedangkan, R. KH. Abdul Lathif adalah ayah Syaikhona R. KH. Muhammad Kholil dan mertua R. KH. Kaffal. Jadi, ketiganya tersambung secara nasab ke Syaikhona.
R. KH. Asror adalah seorang ulama yang datang dari Pasuruan. Ia tak lain adalah cucu dari as-Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban yang tersambung nasab melalui ibunya ke Sunan Gunung Jati. R. KH. Asror tinggal di selatan Bangkalan bersamaan dengan masa Panembahan Cakraningrat IV.
Di masa itu, R. KH. Asror harus menghadapi permasalahan yang pelik. Panembahan Cakraningrat IV kala itu meminta rakyat mengakuinya sebagai wakil Allah serta menyembahnya layaknya seorang rasul. R. KH. Asror yang tak terima berusaha mengingatkan Cakraningrat yang masih keturunan Sunan Giri tersebut.
Cakraningrat yang tak terima akhirnya memburu R. KH. Asror. Perburuan tersebut membuat keluarga R. KH. Asror terpecah-belah ke hampir seluruh Jawa Timur. Salah satu yang paling masyhur ialah R. KH. Noer Khotim yang pindah ke Sidogiri dan bersama para keturunannya menjadi pengasuh di sana hingga saat ini.
“Loh, terus bagaimana keadaan R. KH. Asror?.”