R. KH. Asror bersembunyi dan akhirnya meninggal di Bangkalan. Dari R. KH. Asror, lahir R. KH. Abbas dan Ny. Hj. Khadijah. Dari R. KH. Abbas, lahir R. KH. Kaffal. Sementara, Ny. Hj. Khadijah menikah dengan R. KH. Hamim yang memiliki pertalian darah dengan sejumlah Walisongo. Dari sana, lahirlah R. KH. Abdul Lathif.
Sepeninggal R. KH. Asror, R. KH. Abdul Lathif dan R. KH. Kaffal meneruskan perjuangannya. Sebagai adik sepupu sekaligus murid, R. KH. Kaffal sangat menghormati R. KH. Abdul Lathif. Begitu juga sebaliknya, R. KH. Abdul Lathif sangat menyayangi R. KH. Kaffal hingga mengangkatnya menjadi menantu.
R. KH. Abdul Lathif adalah ulama yang tak kenal lelah dalam mengamalkan dan mengajarkan ilmu kepada masyarakat. Ia rela tak pulang berhari-hari untuk memastikan masyarakat mendapatkan ilmu secara utuh.
Selain itu, R. KH. Abdul Lathif yang bekerja sebagai nelayan juga memiliki belas kasih yang luhur. Diriwayatkan ketika sedang berlayar mencari ikan, ia menemukan seorang pria yang nyaris tenggelam. R. KH. Abdul Lathif lantas menyelamatkan pria itu sekuat tenaga.
Rupanya, pria tersebut adalah Nabi Khidir yang sedang menyamar. R. KH. Abdul Lathif senang bukan kepalang. Ia meminta doa kepada Nabi Khidir agar diberikan keturunan yang saleh, ahli ilmu, dan ulama yang masyhur. Doa tersebut dikabulkan dan lahir Syaikhona R. KH. Muhammad Kholil yang akan menjadi guru para ulama besar.