Home Seputar Islam Hikmah Bulan Sya’ban

Hikmah Bulan Sya’ban

by Mahalli Syarqowie

Malam Nisfu Sya’ban merupakan salah satu malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Pada malam itu ada banyak keistimewaan dimana setiap umat muslim melaksanakan amalan akan langsung dicatat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Mengutip pendapat Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki tentang hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam. ‘Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?’

Kemudian Rasulullah Shalallahu allaihi wassalam menjawab, “Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah SWT. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa,” ujar Ustad Didi Saefulloh tentang hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam.

Hakikat Shalawat kepada Nabi Sayyid Muhammad menjelaskan hakikat shalawat kepada Nabi saw, bahwa dalam ayat 56 surat Al-Ahzab di atas Allah memerintahkan kepada seluruh orang mukmin dengan mengikuti Allah dan para MalaikatNya yang membaca shalawat kepada Nabi Muhammad. Maksudnya Allah memerintahkan semua orang mukmin untuk bershalawat kepada Nabi bukan karena kebutuhan Allah atas hal tersebut, melainkan untuk tujuan memuliakan man​​​​​​​usia dengan apa yang diimaninya.
Sayyid Muhammad menukil ungkapan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam:

قال الشيخ عز الدين ابن عبد السلام رحمه الله: «ليست الصلاة على رسول الله ﷺ شفاعة منا له، فإنَّ مثلنا لا يشفع لمثله، ولكن الله سبحانه وتعالى أمرنا بمكافأة من أنعم علينا وأحسن إلينا، فإن عجزنا عن مكافأته؛ دعونا له أن يكافئه عنا . ولما عجزنا عن مكافأة سيد الأولين والآخرين، أمر رب العالمين أن نرغب إليه، وأن نُصلّي عليه، لتكون صلاتنا عليه مكافأة بإحسانه إلينا وإفضاله علينا ولا إحسان أفضل من إحسانه ﷺ : من صلى علي صلاة صلى الله عليـه بهـا عشراً»… رواه

Artinya, “Syekh Izzuddin ibn Abdussalam berkata: “Bershalawat kepada Rasulullah bukanlah syafa’at dari kita untuk Rasulullah, karena manusia seperti kita tidak dapat memberi syafa’at kepada yang lainnya. Melainkan Allah memerintahkan kita untuk mukafa’ah atau memberi balasan dan berbuat baik kepada orang yang telah memberi nikmat kepada kita. Jika tidak mampu untuk membalasnya, kita diperintahkan untuk mendoakannya agar Allah yang memberi balasannya atas kebaiknya pada kita.

Baca Juga:  Apakah Pahala Hilang jika Silahturahmi Virtual?

Karena ketidakmampuan kita untuk membalas Nabi Muhammad saw, maka kemudian Allah memerintahkan kita untuk mencintainya dan bershalawat kepadanya supaya shalawat kita kepadanya menjadi balasan atas kebaikannya kepada kita. Namun, tetap saja tidak ada kebaikan yang lebih utama dibanding kebaikan Nabi Muhammad saw. Disebutkan dalam hadist riwayat Imam Muslim: “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan membalasnya dengan 10 shalawat.” (Al-Hasani, Madza fi Sya’ban, halaman 26-27).

Related Posts

Leave a Comment