Home Dawuh Kyai KH. Agoes Ali Masyhuri: Kedermawanan Lebih Dicintai daripada Ilmu Tanpa Amal

KH. Agoes Ali Masyhuri: Kedermawanan Lebih Dicintai daripada Ilmu Tanpa Amal

by Arundaya Maulana
Keutamaan Kedermawanan

PROGRESIF EDITORIAL – Dalam dawuh KH. Agoes Ali Masyhuri, kita menemukan tiga poin penting yang menggarisbawahi keutamaan kedermawanan dan pentingnya sedekah dalam Islam. Dawuh ini memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana kedermawanan, bahkan dari seorang yang dianggap “bodoh,” lebih dicintai oleh Allah dibandingkan seorang alim (berilmu) yang pelit. Mari kita telaah lebih lanjut berdasarkan sumber-sumber Islam, termasuk Al-Qur’an dan hadis-hadis sahih.

1. Kedermawanan Lebih Dicintai daripada Ilmu Tanpa Amal

“Sungguh orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah SWT daripada orang alim yang pelit.”

Ungkapan ini menyiratkan bahwa keutamaan seorang yang dermawan, meskipun mungkin tidak memiliki banyak pengetahuan, tetap lebih tinggi di mata Allah daripada seorang yang memiliki ilmu tetapi kikir. Dalam Islam, ilmu adalah hal yang sangat ditekankan, namun ilmu yang tidak dibarengi dengan amal kebaikan tidak memiliki makna. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Thabrani)

Orang yang dermawan, meskipun mungkin kurang berilmu, telah melaksanakan amal kebaikan dengan cara memberikan manfaat bagi orang lain melalui sedekahnya. Dalam hal ini, Allah lebih mencintai mereka karena mereka telah mewujudkan kasih sayang dalam bentuk nyata, yaitu memberi kepada yang membutuhkan.

Sebaliknya, orang yang berilmu namun pelit, meskipun memiliki pengetahuan agama, tidak menggunakan ilmunya untuk kebaikan dan manfaat bersama. Allah SWT berfirman:

“Dan berinfaklah di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 195)

Ayat ini menegaskan bahwa infak atau sedekah adalah bagian penting dari amal, dan mengabaikan hal ini dapat membawa seseorang pada kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat. Maka, sikap dermawan lebih diutamakan daripada ilmu tanpa amal.

2. Harta Tidak Akan Berkurang karena Shodaqoh

“Harta tidak akan berkurang untuk shodaqoh.”

Ini adalah prinsip utama dalam Islam, yang sering kali tidak dipahami secara logika duniawi. Secara matematis, memberikan sebagian harta akan mengurangi kekayaan, tetapi dalam Islam, Allah SWT menjamin bahwa harta yang digunakan untuk sedekah akan diganti dengan yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda:

Baca Juga:  Hakikat al-Jama’ah dalam Aswaja

“Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa sedekah tidak mengurangi harta, melainkan Allah akan melipatgandakan balasan bagi yang bersedekah. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjanjikan pahala berlipat ganda bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan-Nya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Dengan demikian, shodaqoh adalah investasi yang tidak pernah rugi. Keberkahan dari sedekah bisa datang dalam bentuk yang tidak terduga—baik dalam harta, kesehatan, atau ketenangan jiwa.

Sedekah Memperkuat Keimanan

“Di antara manfaat sedekah adalah memperkuat keimanan.”

Sedekah bukan hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga spiritual. Salah satu efek terbesar dari sedekah adalah memperkuat keimanan seseorang. Hal ini terjadi karena sedekah mengajarkan sikap tawakkal (berserah diri) kepada Allah, dengan keyakinan bahwa Allah adalah pemberi rezeki. Orang yang bersedekah menunjukkan keyakinannya bahwa rezeki datang dari Allah dan bukan semata-mata hasil kerja keras manusia.

Allah SWT berfirman:

“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Sedekah juga mengajarkan kepedulian sosial, yang merupakan salah satu aspek penting dalam Islam. Melalui sedekah, seseorang diingatkan bahwa hartanya bukanlah milik pribadi sepenuhnya, tetapi ada hak orang lain di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak beriman seseorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seseorang bersedekah dengan ikhlas, dia tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkuat rasa cinta, solidaritas, dan keimanannya kepada Allah dan sesama.

Dawuh KH. Agoes Ali Masyhuri ini mengajarkan kepada kita bahwa kedermawanan adalah jalan menuju keridhaan Allah dan keberkahan dalam hidup. Bahkan orang yang dianggap “bodoh” di mata dunia, jika ia dermawan, lebih dicintai oleh Allah dibandingkan orang alim yang pelit. Harta yang diberikan untuk sedekah tidak akan mengurangi kekayaan, justru akan membawa keberkahan yang lebih besar. Selain itu, sedekah memiliki dampak spiritual yang besar, yaitu memperkuat keimanan dan rasa tanggung jawab sosial.

Baca Juga:  Mengulik Upaya Pendistorsian Sejarah Islam di Nusantara

Dengan mengikuti nasihat ini, kita tidak hanya meraih kebaikan di dunia, tetapi juga mempersiapkan bekal untuk akhirat, sebagaimana dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Mari kita berlomba-lomba dalam kedermawanan dan selalu ingat bahwa setiap sedekah, sekecil apapun, akan membawa pahala yang besar dan keberkahan yang berlipat ganda.

Sumber: Pengajian ‘Rutin’ Senin bersama KH. Agoes Ali Masyhuri, September (2024).

Related Posts

Leave a Comment