PROGRESIF EDITORIAL – Nabi Musa a.s. adalah salah satu nabi utama dalam tradisi Islam, yang dikenal karena kepemimpinannya dalam membebaskan Bani Israil dari perbudakan di Mesir. Namun, dalam menjalankan misinya yang berat ini, Nabi Musa tidak sendirian. Allah SWT memberikan Musa seorang sahabat dan pembantu yang luar biasa, yaitu saudaranya sendiri, Nabi Harun a.s. Kehadiran Nabi Harun tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pendamping yang esensial dalam menyampaikan pesan-pesan ilahi dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.
Nabi Harun a.s. diberi mandat oleh Allah untuk mendampingi Nabi Musa a.s. karena beberapa alasan penting. Salah satunya adalah kemampuan Nabi Harun dalam berbicara. Al-Quran menyebutkan bahwa Nabi Musa merasa dirinya kurang fasih dalam berbicara dan meminta agar Harun diangkat sebagai pembantunya yang akan menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada Firaun dan Bani Israil. Dalam Surah Al-Qasas (28:34), Nabi Musa berdoa, “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku, untuk membenarkan (kata-kataku); sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.”
Kisah Nabi Musa dan Nabi Harun adalah contoh kolaborasi yang harmonis dalam menjalankan tugas kenabian. Nabi Musa, yang dikenal karena keberanian dan kekuatannya, dipadukan dengan kebijaksanaan dan kefasihan Nabi Harun, menciptakan sebuah tim yang sangat efektif. Harun bukan hanya seorang pembicara yang ulung, tetapi juga seorang yang memiliki kemampuan diplomasi tinggi, yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi Firaun dan kaumnya.
Dawuh Beliau KH. Agoes Ali Masyhuri :
“Jika subuh pilihkan muadzin yang bersuara merdu.”
Dari perkataan beliau para jamaah dapat memahami bahwa suara yang merdu adalah salah satu komponen penting dalam dakwah agama islam. Agar umat islam tergerak hatinya untuk mendatangi sholat subuh di masjid kala mata sangat mengantuk.