PROGRESIF EDITORIAL– Islam di Nusantara telah berkembang ratusan tahun lamanya. Begitu banyak bukti yang secara zahir menunjukkan betapa Islam telah memasuki kebudayaan Nusantara secara turun-temurun.
Salah satu dari banyaknya bukti tersebut ialah makam Fathimah binti Maimun bin Hibbatullah di Gresik yang berasal dari abad ke-11 Masehi. Selain itu, terdapat literatur dan pemakaman yang menunjukkan bahwa Islam sudah masuk di Sumatera sejak abad ke-7 Masehi.
Sayangnya, sejarah tersebut perlahan terdistorsi sejak munculnya penjajahan oleh sejumlah bangsa asing di Nusantara. Bahkan, penghilangan tersebut terjadi di masa setelah kemerdekaan. Lalu, apa buktinya?.
Pertama, kalau kita membaca buku sejarah Walisongo, banyak sekali kisah yang melenceng dari seharusnya, baik ditambah ataupun dikurangi. Masalahnya adalah penyelewangan tersebut dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap Walisongo.
Walisongo bukan hanya sebatas Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, dan sebagainya. Walisongo adalah sebuah organisasi ulama dan sultan yang berdakwah di tanah Jawa. Organisasi tersebut memiliki beberapa angkatan. Setiap ada anggota yang wafat, pasti ada penggantinya.
Dalam beberapa riwayat, terdapat 10 angkatan dalam Walisongo. Nama seperti Joko Tingkir hingga Pangeran Diponegoro bahkan termasuk dalam angkatan terakhir. Organisasi tersebut dibubarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 1830-an.