3. Teladan Mbah Hamid: Menjaga Lisan dan Memuliakan Orang Lain
“Mbah Hamid Pasuruan dadi wali, pancene lisane dijogo bener-bener.”
Sosok Mbah Hamid Pasuruan dikenal karena kemampuannya menjaga lisan dan menghormati sesama tanpa memandang status sosial. Beliau menunjukkan bahwa penghormatan terhadap “tiang alit” atau orang kecil adalah inti dari akhlak Islam.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Mbah Hamid tidak hanya menjaga ucapan tetapi juga memberikan manfaat nyata kepada orang-orang di sekitarnya. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Tantangan Zaman: “Lah Iki Sing Angel”
KH. Agoes Ali Masyhuri menambahkan bahwa memuliakan orang lain, terutama mereka yang dipandang rendah, adalah tugas yang tidak mudah. Dalam dunia yang semakin individualistis, sifat peduli terhadap sesama sering kali tergeser oleh kepentingan pribadi.
Namun, justru dalam kesulitan ini terdapat peluang besar untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Sedekah dan bantuan kecil sekalipun bisa menjadi amal yang mengangkat derajat kita di sisi Allah.
Menghidupkan Nilai-Nilai Dawuh KH. Agoes Ali Masyhuri
- Jaga Lisan: Berlatihlah untuk berpikir sebelum berbicara. Pilih kata-kata yang membangun dan hindari komentar yang menyakiti.
- Gunakan Bahasa Halus: Ajak keluarga dan lingkungan sekitar untuk kembali menggunakan bahasa sopan. Ini tidak hanya mempererat hubungan tetapi juga melestarikan budaya.
- Hormati Sesama: Perlakukan setiap orang dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial. Jika memungkinkan, bantu mereka dengan apa yang kita miliki.
Nasihat KH. Agoes Ali Masyhuri adalah pengingat bagi kita untuk terus memperbaiki diri. Dengan menjaga lisan, melestarikan bahasa halus, dan memuliakan orang lain, kita tidak hanya membangun hubungan yang harmonis tetapi juga membuka pintu keberkahan dari Allah SWT.
Semoga kita semua mampu mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.
Sumber: Nderek Ngaji Abah Rutin ‘Senin’, November. (2024),
[1] https://www.ejournal.insud.ac.id/index.php/santri/article/download/560/484/1803
[2] https://xlfutureleaders.com/5-tips-melestarikan-bahasa-indonesia-yuk-mulai-dari-kita/
[3] https://smapangudiluhurbernardusdeltamas.sch.id/artikel/cara-penggunaan-bahasa-yang-baik-dalam-kehidupan-sehari-hari
[4] https://ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/nusra/article/download/1193/1220/6634
[5] https://www.kompasiana.com/demayunita5877/649d035be1a1673e0d72e002/mengoptimalkan-penggunaan-bahasa-sehari-hari-dengan-baik-dan-benar
[6] https://www.kompasiana.com/adiranlamhidayat7299/646240654addee7585241192/menghidupkan-bahasa-daerah-dalam-kehidupan-sehari-hari-di-lingkungan-keluarga
[7] https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/513-pedoman-pelestarian-dan-pengembangan-bahasa-dan-sastra-jawa–5
[8] https://progresifeditorial.com/kekuatan-ucapan-dalam-amar-maruf-nahi-munkar/