Segera setelah permintaan tersebut sampai kepada Thariq, ia langsung melapor kepada Musa bin Nushair untuk meminta izin membawa pasukan menuju Andalus. Kabar ini langsung disampaikan Musa kepada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan beliau menyetujui melanjutkan ekspansi penaklukkan Andalus yang telah dirintis sebelumnya.
Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.
Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil di wilayahnya langsung mengalihkan perhatiannya kepada kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.
Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5000 orang.
Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari.
Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.
Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.
Berkat keberhasilannya itu, Thariq bin Ziyad menjadi salah satu panglima perang paling terkenal dalam sejarah. Berkat Pencapaiannya namanya diabadikan menjadi nama sebuah selat yaitu Selat Gibraltar.
Sejak dipanggil oleh khalifah, Thariq bin Ziyad menetap di Damaskus hingga wafatnya pada 720 M. Namun, kehidupan menjelang akhir hidupnya tidak banyak diketahui. Untuk meneladani kisah kepahlawanannya, bukit tempatnya berpidato kemudian dinamai Jabal Thariq atau Gibraltar.
Gibraltar adalah derivasi Spanyol dari nama Arab Jabal Tariq, yang artinya “bukit Tariq”, diambil dari nama Thariq bin Ziyad. Sehingga nama selat yang memisahkan antara benua Afrika dan Eropa kemudian dinamai Selat Gibraltar.
Wallahu A’lam Bishawab