PROGRESIF EDITORIAL– Ternyata, menerima tamu dari tetangga, teman, atau saudara ada aturannya, lho. Dalam Islam, dikenal dengan adab menerima tamu.
Dalam Islam, manfaat silaturahmi dengan menerima kunjungan atau berkunjung dapat mempererat hubungan persaudaraan antar manusia.
Sebagai makhluk sosial, kita tak bisa hidup sendiri, tapi membutuhkan orang lain untuk melengkapi satu sama lain.
Dari hal sederhana saja, bersilaturahmi ke tetangga terdekat. Bayangkan jika tak kenal dengan tetangga sekitar, siapa yang akan menolong kita di saat kesulitan?
Oleh karena itu, wajib untuk selalu bersikap baik pada siapapun. Untuk itu, mari ketahui adab menerima tamu dalam Islam untuk diamalkan di kehidupan. Salah satu bentuk memuliakan para tamu adalah dengan cara menjaga adab-adab atau etika yang berlaku tatkala seseorang kedatangan tamu di rumahnya.
Adab-adab dalam menerima tamu ini secara ringkas dijelaskan dalam kitab Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-Adab: مِنْ آدَابِ الْمُضِيفِ أَنْ يَخْدُمَ أَضْيَافَهُ وَيُظْهِرَ لَهُمْ الْغِنَى، وَالْبَسْطَ بِوَجْهِهِ، فَقَدْ قِيلَ: الْبَشَاشَةُ خَيْرٌ مِنْ الْقِرَى -وَمِنْ آدَابِ الْمُضِيفِ أَيْضًا أَنْ يُحَدِّثَهُمْ بِمَا تَمِيلُ إلَيْهِ أَنْفُسُهُمْ، وَلَا يَنَامَ قَبْلَهُمْ، وَلَا يَشْكُوَ الزَّمَانَ بِحُضُورِهِمْ، وَيَبَشُّ عِنْدَ قُدُومِهِمْ، وَيَتَأَلَّمُ عِنْدَ وَدَاعِهِمْ، وَأَنْ لَا يَتَحَدَّثَ بِمَا يُرَوِّعُهُمْ بِهِ، بَلْ لَا يَغْضَبُ عَلَى أَحَدٍ بِحَضْرَتِهِمْ لِيُدْخِلَ السُّرُورَ عَلَى قُلُوبِهِمْ بِكُلِّ مَا أَمْكَنَ . وَعَلَيْهِ أَيْضًا أَنْ يَأْمُرَ بِحِفْظِ نِعَالِ أَضْيَافِهِ، وَيَتَفَقَّدَ غِلْمَانَهُمْ بِمَا يَكْفِيهِمْ، وَأَنْ لَا يَنْتَظِرَ مَنْ يَحْضُرُ مِنْ عَشِيرَتِهِ إذَا قَدَّمَ الطَّعَامَ إلَى أَضْيَافِهِ