PROGRESIF EDITORIAL – Amalan bulan Sya’ban yang mendatangkan pahala bagi umat Islam cukup banyak. Amalan-amalan tersebut sangat ringan dan bisa dilakukan sambil melakukan aktifitas sehari-hari.
Adapun amalan bulan Sya’ban yang mendatangkan pahala yaitu:
Pertama, memperbanyak salawat nabi. Salawat bisa dibaca saat perjalanan ke kantor, ke ruang belajar, saat menjelang adzan, menunggu istri di salon ataupun saat mengerjakan tugas. Lafadz salawat tidak harus panjang.
Sya’ban adalah bulan salawat nabi, karena pada bulan inilah ayat yang memerintahkan salawat turun yaitu Surat al-Ahzab ayat 56. Bahkan ada yang menyebut Sya’ban adalah syahrun nabi.
Kedua, memperbanyak istighfar. Membaca istighfar bisa dilakukan dalam keadaan santai maupun bekerja. Karena lafadz istighfar sangat pendek dan hampir semua orang hafal.
Sya’ban adalah bulan menjelang Ramadhan, menuju bulan suci seorang hamba patut bersih-bersih lahir batin.
Istighfar yang dilazimkan seorang hamba akan menjadi pembersih dosa, pembuka jalan keluar masalah dan kesusahan, dan pembuka pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Demikian hadis-hadis sahih dan juga ayat Al-Qur’an seperti di Surat Nuh ayat 10-12):
فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا
Faqultus taghfiruu Rabakam innahuu kaana Ghaffaaraa
Artinya: maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun,
Bagi yang sudah mengamalkannya dengan penuh keyakinan, janji Allah dan Rasulullah itu memang dapat dirasakan dan dibuktikan di kehidupan nyata.
Ketiga, puasa sunah. Puasa sunah dianjurkan di bulan Sya’ban sebagai latihan untuk persiapan puasa satu bulan full di Ramadhan agar tubuh tidak kaget.
Banyak hadis sahih yang menjelaskan bahwa setelah Ramadhan, Sya’ban adalah bulan di mana Rasulullah saw paling banyak berpuasa.
Keempat, menghidupkan malam nisfu Sya’ban. Amalan ini berdasarkan hadis Rasulullah saw.
Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadis sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Dailami, Imam ‘Asakir, dan Al-Baihaqy berikut:
خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيْهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الجُمْعَةِ وَلَيْلَتَيِ العِيْدَيْنِ
Artinya: “Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya‘ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.”
مَنْ أَحْيىَ لَيْلَةَ العِيْدَيْنِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوْتُ القُلُوْبُ
Artinya: “Siapa saja yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Sya‘ban, niscaya tidaklah akan mati hatinya pada hari di mana pada hari itu semua hati menjadi mati.”
Kelima, memperbanyak doa. Dasar dari amalan ini karena di bulan Sya’ban terjadi pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke (arah semula) Masjidil Haram sesuai permohonan Nabi Muhammad saw (Qs al-Baqarah ayat 144 dan adh-Dhuha ayat 5).
Sebelum qiblat ini dipindah oleh Allah, Nabi Muhammad banyak melakukan doa dan munajat.