Home Dawuh Kyai Bijak dalam Berbicara: Cermin Kepribadian dan Keimanan

Bijak dalam Berbicara: Cermin Kepribadian dan Keimanan

by Arundaya Maulana
Bijak Bercakap/freepik

PROGRESIF EDITORIAL – Menjaga lisan adalah bagian esensial dari kehidupan seorang Muslim. Lisan, meskipun kecil secara fisik, memiliki kekuatan besar yang mampu membangun atau menghancurkan hubungan, mempersatukan atau memecah belah, dan bahkan menjadi penyebab seseorang mendekat atau menjauh dari Allah SWT. KH. Agoes Ali Masyhuri, seorang ulama besar yang penuh hikmah, memberikan tiga poin penting yang dapat dijadikan pedoman dalam menjaga lisan.

Mari kita bahas ketiga poin tersebut secara mendalam dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.


1. Lidah Orang Berakal Ada di Belakang Hatinya

KH. Agoes Ali Masyhuri mengutip Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan ungkapan yang penuh hikmah:
“Lidah orang berakal ada di belakang hatinya, hati orang bodoh berada di belakang lidahnya.”

Ungkapan ini menyiratkan bahwa seorang yang bijak selalu memikirkan dampak ucapannya sebelum berbicara. Berpikir sebelum berbicara adalah tanda kematangan akhlak dan kecerdasan emosi. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra: 36)

Ayat ini menegaskan bahwa lisan adalah tanggung jawab. Ketika seseorang berbicara tanpa berpikir, ia berpotensi menyakiti, memfitnah, atau menyebarkan informasi yang salah. Sebaliknya, ucapan yang dipikirkan matang-matang dapat menjadi doa, nasihat, atau kebaikan yang bermanfaat.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Dalam era digital, menjaga lisan semakin penting. Media sosial sering kali menjadi ajang “asal njeplak,” dengan komentar atau pernyataan yang tidak dipertimbangkan. Sebagai Muslim, kita harus mempraktikkan prinsip ini dengan menjaga komentar, status, atau unggahan kita. Tidak semua hal layak diutarakan, dan tidak semua pendapat perlu dikemukakan secara langsung.


2. Berbicara Tanpa Dipikir Itu Bahasane ‘Asal Njeplak’

KH. Agoes Ali Masyhuri mengingatkan bahaya berbicara tanpa berpikir, yang beliau istilahkan sebagai “asal njeplak.” Islam sangat menekankan adab berbicara, dan Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga:  Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk Konstantinopel

Hadis ini menunjukkan bahwa diam adalah pilihan yang lebih baik daripada berbicara jika apa yang hendak dikatakan tidak memberikan manfaat.

Konsekuensi Ucapan Sembarangan

Berbicara sembarangan dapat mengakibatkan:

  1. Kerugian Bagi Orang Lain: Ucapan yang tidak dipikirkan dapat merusak hubungan dan reputasi.
  2. Konflik dan Permusuhan: Sebuah kalimat tajam dapat memicu pertikaian yang seharusnya tidak terjadi.
  3. Dosa Berkelanjutan: Fitnah, kebohongan, atau menyakiti hati orang lain melalui kata-kata merupakan dosa yang berat di hadapan Allah SWT.

Seorang Muslim harus memahami bahwa setiap kata yang diucapkan akan dicatat oleh malaikat. Sebagaimana firman Allah:
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)

Related Posts

Leave a Comment