PROGRESIF EDITORIAL– Kehilangan sandal umumnya terjadi pada masjid yang tata kelolanya kurang rapi. Potensi kehilangan sandal atau sepatu berisiko tinggi pada masjid yang tidak memberikan layanan keamanan sandal atau sepatu.
Bolehkah memakai sandal yang diketemukan di masjid, misalnya karena sandalnya hilang..?
مِنَ اللُّقَطَةِ أَنْ تُبْدَلَ نَعْلُهُ بِغَيْرِهَا فَيَأْخُذُهَا فَلاَ يَحِلُّ لَهُ اسْتِعْمَالُهَا إِلاَّ بَعْدَ تَعْرِيْضِهَا بِشَرْطِهِ أَوْ تَحَقُّقِ اِعْرَاضِ الْمَالِكِ عَنْهَا
Abdurrahman Ba’alawi, Bughyah al-Mustarsyidin, ( halaman 178).
Artinya: “Termasuk luqathah (barang temuan) adalah tertukarnya sandal seseorang dengan sandal orang lain kemudian ia mengambilnya, maka ia tidak halal memakainya kecuali setelah diumumkannya sesuai dengan persyaratannya, atau sudah yakin bahwa si pemiliknya memang telah meninggalkannya.” (Abdurrahman Ba’alawi, Bughyah al-Mustarsyidin, (Surabaya: al-Hidayah, t. th.), halaman 178).
Praktik tersebut dimungkinkan jika pemilik sandal tersebut telah meninggalkan sandalnya tanpa berniat mengambilnya kembali. Tetapi hal ini biasanya berlaku pada sandal atau sepatu berharga murah seperti sandal jepit