PROGRESIF EDITORIAL – KH Ali Yafie, menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pukul 22.13 WIB. KH Ali Yafie dimakamkan di TPU Tanah Kusir, di samping istrinya.
Tokoh asal Sulawesi ini wafat di usianya yang ke-96 tahun setelah mendapatkan perawatan intensif di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan. Karena mengalami gangguan pernapasan dan adanya cairan di paru-paru serta flek pada organ jantung.
KH Ali Yafie lahir pada 1 September 1926 di Donggala, Sulawesi Tengah. Pada usia 10 tahun, ia ditinggal wafat oleh ibunya. Kemudian Ayahnya menikah lagi dengan Tanawali.
Ia anak dari pasangan Syekh Muhammad Al-Yafie dan Imacayya. Ibunya adalah seorang putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete, sebuah desa di pesisir barat Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1947, ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Dakwah Wal Irsyad, di Pare-pare, Sulawesi Selatan.
Kiai Ali Yafie adalah ulama ahli fikih yang menerima penghargaan Anugrah pada 1 Abad NU dengan kategori Pengabdi Sepanjang Hayat.
Ia banyak menghabiskan waktunya mengabdi kepada NU. Di antaranya, KH Ali Yafie pernah menjadi Rais Aam PBNU tahun 1991-1992. Ia pernah menjadi salah seorang Rais Syuriyah PBNU pada Muktamar NU 1971 di Surabaya.
Lalu ia Kembali diberi amanah sebagai Rais Syuriyah pada Muktamar NU di Semarang (1979) dan Situbondo (1984).
Kiai Haji Ali Yafie kemudian, menjabat sebagai wakil Rais Aam PBNU pada Muktamar NU di Krapyak (1989). Lalu setelah wafatnya Rais Aam kala itu, KH Ahmad Shiddiq, ia kemudian menjadi Penjabat (Pj) Rais Aam PBNU pada tahun 1991-1992.
Tidak hanya itu, ulama ahli fikih dan tokoh NU ini juga pernah menjabat sebagai Dekan di Fakultas Ushuluddin IAIN Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Pada 1990-2000, ia menggantikan KH Hasan Basri sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia juga pernah diberi amanah menjadi Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Selain aktif dalam karier dan organisasi, ulama Sulawesi ini adalah salah satu tokoh yang aktif dalam menulis. Hal tersebut, nampak dari banyaknya karya-karya beliau. Diantaranya;
1. Menggagas Fikih Sosial Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan, 1995), cet, III, Teologi Sosial
2. Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, (Yogyakarta: LKPSM, 1997), cet. 1,
3. Beragama Secara Praktis Agar Hidup Lebih Bermakna, (Jakarta: Hikmah, 2002), cet. 1,
4. Di samping itu ada sebuah buku yang diluncurkan pada peringatan 70 Tahun KH Ali.Yafie, merupakan kumpulan tulisan dari para ulama, cendekiawan, politisi, pejabat, pengusaha dll, yang diedit oleh Jamal D. Rahman, tahun 1997.
Selamat jalan Anregurutta, terimakasih atas dedikasinya.