Dalam Islam, mati syahid dianggap sebagai salah satu kematian yang paling mulia. Mati dalam jihad fisabilillah atau berjuang di jalan Allah dijanjikan dengan surga. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 154 :
وَلَا تَقُولُوا لِمَن يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka) itu mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”
Meninggalkan warisan kebaikan yang terus memberi manfaat bagi orang lain juga merupakan cara mempersiapkan diri untuk kematian. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)
Sebagai seorang Muslim, fokus kita seharusnya bukanlah pada rasa takut akan kematian itu sendiri, melainkan pada bagaimana kita meninggalkan dunia ini. Apakah kita siap dengan bekal amal yang cukup untuk menghadapi kehidupan setelah mati? Apakah kita telah bertaubat dan membersihkan diri dari dosa-dosa? Apakah kita meninggalkan warisan kebaikan yang akan terus mengalir pahalanya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang harus kita renungkan dan jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Kematian adalah suatu kepastian, namun bagaimana cara kita menjalani hidup dan mempersiapkan kematian itu yang akan menentukan nasib kita di akhirat. Semoga kita semua diberikan husnul khatimah dan diterima di sisi Allah SWT dengan keadaan terbaik. Amin.
Sumber : Pengajian Rutin Senin “Nderek Abah Yai”, Mei (2024).
