Home Seputar Islam Percaya Ramalan, Berikut Penjelasannya dalam Islam

Percaya Ramalan, Berikut Penjelasannya dalam Islam

by Admin Progresif Media

Dalam masyarakat kita, sebagian masih ada yang percaya dengan ramalan yang dilakukan peramal, dukun, kadang disebut juga orang pintar. Jenis ramalan sendiri bermacam-macam, ada ramalan tebak skor , ramalan jodoh, ramalan karier, ramalan nasib, ramalan shio, dan zodiak.

Lalu bagaimana hukum percaya terhadap ramalan itu dalam agama Islam?

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

“Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata.” (Q.S. Al An’am: 59)

أَنَّ الْكَاهِنَ إِنَّمَا يَتَعَاطَى الْأَخْبَارَ عَنِ الْكَوَائِنِ فِي الْمُسْتَقْبَلِ وَيَدَّعِي مَعْرِفَةَ الْأَسْرَارِ وَالْعَرَّافُ يَتَعَاطَى مَعْرِفَةَ الشَّيْءِ الْمَسْرُوقِ وَمَكَانَ الضَّالَّةِ وَنَحْوِهِمَا

Kahin : Adalah Orang Yang memastikan diri nya Bisa Memberikan Kabar Di masa Yang Akan datang dan dan Mengklaim Mengetahui Rahasia² Tertentu
Urrof Adalah : Orang Yang Memastikan diri nya dan Mengetahui Sesuatu yang di Curi, dan Mengetahui tempat Yang tersesat

[النووي، شرح النووي على مسلم، ٢٢/٥]

قَالَ الْعُلَمَاءُ إِنَّمَا نُهِيَ عَنِ إِتْيَانِ الكهان لِأَنَّهُمْ يَتَكَلَّمُونَ فِي مُغَيَّبَاتٍ قَدْ يُصَادِفُ بَعْضُهَا الْإِصَابَةَ فَيُخَافُ الْفِتْنَةُ عَلَى الْإِنْسَانِ بِسَبَبِ ذَلِكَ

Para Ulama’ Telah Berkata : Telah di Larang Untuk Mendatangi Tukang Ramal, Karena Mereka Berbicara perihal Ghaib, Terkadang di antara mereka kebetulan menjadi sasaran, dan Di Khawatirkan Akan Timbul nya fitnah di sebabkan Hal semacam itu

[النووي، شرح النووي على مسلم، ٢٢/٥]

Baca Juga:  Jangan Sekali-kali Membanggakan Nasab

Related Posts

Leave a Comment