Pada bulan Mei 1138 Zanki mencapai persetujuan dengan Damaskus. Ia menikahi Zumurrud, wanita yang membunuh anaknya sendiri, Ismail, dan menerima Hims sebagai hadiah perkawinannya. Pada bulan Juli 1139 putra Zumurrud, Shihabudin, terbunuh dan Zanki bergerak ke Damaskus untuk mengambil alih kota
Penduduk Damaskus, bersatu di bawah pimpinan Mu’inudin Unur, yang bertindak sebagai wali dari pengganti Shihabudin, Jamaludin, sekali lagi bersekutu dengan Yerusalem untuk mengusir Zanki. Zanki juga mengepung kota Baalbek, dan Mu’inudin pun sanggup mempertahankan kota dengan baik. Setelah Zanki membatalkan pengepungannya atas Damaskus, Jamaludin wafat karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Mujirudin, dengan Mu’inudin tetap sebagai wali.
Mu’inudin menandatangani perjanjian damai dengan Yerusalem untuk saling melindungi di antara mereka dalam melawan Zanki. Selama Mu’inudin dan Salibis bergabung bersama mengepung kota Banias,
Zanki sekali lagi mengepung kota Damaskus, tetapi dengan cepat meniggalkannya lagi. Tidak ada perjanjian penting antara Salibis, Damaskus, dan Zanki untuk tahun-tahun yang akan datang dalam waktu dekat, tetapi Zanki untuk sementara waktu bergerak ke utara dan menguasai Ashib dan benteng Armenia di Hizan.
Pada tahun 1144 Zanki mengepung Kepangeranan Salib, County of Edessa. Edessa merupakan negara salib terlemah dan terakhir yang didirikan bangsa Latin, dan Zanki menguasainya tanggal 24 Desember 1144. Peristiwa ini memicu Perang Salib ke-dua, dan para sejarawan Muslim mencatatnya sebagai awal Jihad melawan negara-negara Salib.
Pada 15 September tahun 1146, Imaduddin Zanki syahid dibunuh oleh agen rahasia yang didanai oleh Pasukan Salib, ketika beliau sedang memimpin pengepungan Benteng Ja’bar, garis pertahanan Pasukan Salib di Sungai Eufrat.
Imaduddin Zanki menjadi inspirasi bagi banyak anak-anak muda untuk menjadi pahlawan pembebasan Al- Aqsa. Beliau syahid, tetapi jiwanya hidup di sisi Tuhan-nya. Meskipun raganya telah dikebumikan, namun beliau jauh-jauh hari telah menyiapkan penerusnya yang jauh lebih cerdas dan lebih hebat darinya.
Menurut Ibn Al Katsir, Zanki adalah seorang politisi yang ulung, sangat dihormati, dihargai oleh pasukannya dan orang-orang sipil lainnya serta tidak menganiaya orang-orang lemah. Sebelum ia memegang tampuk kekuasaan, negaranya dalam kondisi hancur karena merupakan tempat melintasnya para pemimpin yang korup dan bertetangga dengan kerajaan Salibis. Ketika ia memegang kekuasaan, semua itu berubah dan menjadikan negaranya kembali pada rel yang semestinya serta mengembalikan kemakmuran buat negaranya. Zanki adalah raja yang terbaik dalam bentuk dan perilakunya. Ia sangat pemberani dan kuat yang berusaha untuk dapat menguasai kerajaan-kerajaan lain pada waktu itu. Ia juga baik dengan kaum hawa dan berlaku dermawan kepada bawahannya. Setelah kemangkatannya ia dikenal sebagai seorang syahid (martir).
Imaduddin Zanki bekerja dalam kondisi dan situasi yang paling sulit. Pada satu sisi, ia berada di tengah konflik yang berkecamuk di antara para penguasa dan para pangeran dinasti Saljuk. Dan pada sisi yang lain ia berdiri di antara mereka yang bertikai dan dinasti Abbasiyah. Di tambah lagi dengan apa yang ia derita dari iklim yang diwujudkan oleh tradisi kekuasaan warisan dan kerakusan para pangeran dan penguasa untuk memerintah bahkan dengan hanya mendapatkan satu kota atau satu benteng sekalipun. Sebagaimana ia juga hidup pada masa di mana kekuatan Salibis masih terlalu superior dan penuh dinamika. Kendati demikian ia dapat meletakkan fondasi-fondasi bagi pembangunan pangkalan untuk bertolaknya jihad besar dan kuat yang membentang dari utara Syam ke arah utara Iraq. Sebagaimana ketangguhan dan superioritas Salibis dapat dipatahkan dan dipermalukan dalam berbagai medan laga. Zanki melancarkan jihad dan bekerja ekstra keras sehingga memungkinkan untuk memerangi mereka guna merebut kembali wilayah yang dirampas. Ia telah mempersembahkan model pemimpin dan mujahid yang berjalan di bawah bendera Islam yang mampu untuk mengembalikan harapan untuk membebaskan tanah-tanah suci milik umat Islam yang dijajah oleh para musuh di seluruh dunia.
Generasi pembebas itu pun terus berlanjut. Dari Aq Sanqur ke Imaduddin. Dari Imaduddin, lahirlah seorang anak yang seluruh hidupnya akan ia gunakan untuk menggentarkan Pasukan Salib. Ia berna Nuruddin Mahmud Zanki.
Wallahu A’lam Bishawb