PROGRESIF EDITORIAL – K.H. Agoes Ali Masyhuri, ulama yang bijak dan inspiratif, memberikan pesan penting kepada umat Islam mengenai makna kehidupan yang nyata. Beliau menyampaikan, “Penting ndelok sejarah e poro nabi, poro syuhada, poro sholihin. Agar bisa mengetahui nikmat seperti apakah yang mereka rasakan selama hidup, agar kita bisa mengetahui jalan lurus yang mereka tempuh. Perjalanan hidup mereka tercatat rapi dalam sejarah, pengajian ini mengajak kalian berpikir positif, karena hidup ini nyata bukan mimpi.”
Pesan ini mengandung ajakan untuk merefleksikan hidup, menggali hikmah dari perjalanan hidup orang-orang mulia terdahulu, serta memandang kehidupan dengan sikap yang optimis. Hidup adalah nyata, penuh tantangan, dan memerlukan arah yang jelas, dipandu oleh nilai-nilai luhur.
Belajar dari Sejarah Para Nabi
Sejarah para nabi adalah teladan sempurna tentang bagaimana menjalani hidup dalam ketaatan kepada Allah SWT. Mereka tidak hanya menjadi perantara wahyu, tetapi juga contoh nyata tentang bagaimana mengatasi berbagai ujian dan cobaan hidup. Al-Qur’an menegaskan pentingnya mengambil pelajaran dari kisah mereka:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an ini bukanlah) cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf: 111).
Dari kisah Nabi Ayyub AS, kita belajar tentang kesabaran dalam menghadapi ujian yang berat. Nabi Ibrahim AS mengajarkan keteguhan dalam menegakkan tauhid, bahkan ketika harus melawan arus keyakinan masyarakatnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW menunjukkan kelembutan hati, ketegasan, dan kasih sayang yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Syuhada adalah mereka yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya kebenaran. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada seseorang yang masuk surga yang ingin kembali ke dunia—walaupun dia memiliki semua yang ada di dunia—kecuali orang yang mati syahid. Sebab, ia ingin kembali ke dunia agar terbunuh sepuluh kali lagi, karena kemuliaan yang dia lihat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan sholihin, mereka adalah sosok-sosok yang hidup dengan keikhlasan, kebaikan, dan ketenangan hati. Mereka menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah pada materi, tetapi pada kedekatan dengan Allah SWT. Kehidupan mereka penuh dengan keberkahan yang menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.