- asy-Syaikh Ali bin Muhammad al-Baqir al-Farisi (Syaikh Subakir)
Di dalam beberapa literatur, kita mengetahui bahwa salah satu sesepuh Walisongo adalah asy-Syaikh Ali bin Muhammad al-Baqir al-Farsi (Syaikh Subakir). Namun, sedikit yang mengetahui tentang latar belakang ulama yang datang dari Persia tersebut.
Syaikh Subakir adalah seorang ulama keturunan Salman al-Farisi yang diutus Mehmed I Bayezid untuk menaklukkan Nusantara. Menurut hikayat, ketika sampai di Jawa, beliau berusaha menaklukkan berbagai jin yang ada di sana. Menurut Syaikh Subakir, masyarakat Jawa baru bisa menerima Islam apabila para penunggu tersebut takluk.
Setelah berhasil, ia bermukim dan mengajar di Gunung Tidar hingga wafat. Makamnya kini masih sering dikunjungi oleh para peziarah yang hanya sekadar berdoa atau memelajari sejarahnya.
- asy-Syaikh as-Sayyid Abd al-Jalil Hasan bin Ali bin Shalih (Syaikh Siti Jenar)
Siapa yang tidak mengenal Syaikh Siti Jenar?. Ulama penganut Wihdat al-Wujud tersebut dikenal karena menyebarkan ajaran tersebut di Indonesia. Bahkan, menurut hikayat, para Walisongo yang tak setuju dengan perbuatannya lantas membunuhnya. Tentu hikayat tersebut masih simpang siur. Tapi, bagaimana asal usul beliau?.
asy-Syaikh as-Sayyid Abd al-Jalil Hasan bin Ali bin Shalih berasal dari Persia. Beberapa ahli nasab menisbatkannya ke asy-Syaikh as-Sayyid Abd al-Qadir al-Jilani. Namun, beberapa yang lain menisbatkannya ke para sadat Persia yang sederhana. Abd al-Jalil belajar pada berbagai ulama di Baghdad. Terutama pada asy-Syaikh Abd al-Malik al-Baghdadi yang kelak menjadi mertuanya.
Setelah ilmunya cukup, ia mendarat di Jepara dan menyebarkan ajaran Wihdat al-Wujud yang dinamainya sebagai Manunggaling Kawulo Gusti. Karena ilmunya, ia digelari Abd al-Jalil dan Siti Jenar atau Lemahbang yang berarti penguasa tanah merah. Namun, ajaran tersebut menuai kontroversi karena seolah-olah tuhan dan makhluk adalah satu entitas. Selain itu, dikhawatirkan masyarakat awam akan salah memahami konsep dan menimbulkan kesesatan massal.
Para Walisongo meminta tanggung jawab dari Siti Jenar. Namun, Siti Jenar membalas dengan ilmunya. Akhirnya, Walisongo menghukum Siti Jenar untuk meredam tindak-tanduknya. Berbagai hikayat meriwayatkan beliau dihukum mati. Namun, ada beberapa hikayat yang meriwayatkan beliau diasingkan atau dipenjara. Wallahu a’lam.
- asy-Syaikh as-Sayyid Ismail bin Abd al-Jabbar al-Jilani (Sulthan al-Arifin Pulau Besar)
Di Pulau Besar, Malaka, hidup seorang ulama besar yang berperan utama dalam penyebaran Islam di Semenanjung Malaya dan Sumatera. Namanya adalah asy-Syaikh Ismail atau biasa dipanggil Sulthan al-Arifin.
Lahir di Baghdad, asy-Syaikh Ismail termasuk keturunan dari asy-Syaikh as-Sayyid Abd al-Qadir al-Jilani. Seperti halnya ulama di masa itu, beliau belajar di Baghdad. Setelah ilmunya cukup, beliau bersama keluarganya pindah ke Nusantara. Kakaknya, asy-Syaikh as-Sayyid Ibrahim, bermukim di Jambi. Sementara, saudaranya yang lain, asy-Syaikh as-Sayyid Maulana Muhammad Ishaq, berlayar ke Jawa dan menurunkan Sunan Giri.
Di Pulau Besar, asy-Syaikh Ismail dan saudara sekaligus gurunya, asy-Syaikh as-Sayyid Yusuf ash-Shiddiq, membangun sebuah pesantren dan beberapa infrastruktur penunjang ibadah. Karena jasanya, beliau diangkat oleh Kesultanan Malaka sebagai mufti. Hingga akhir hayatnya, asy-Syaikh Ismail tinggal dan dimakamkan di Pulau Besar.