Home Seputar Islam Beruntung Tahu Etika Bercanda Nabi! Kamu Diantaranya?

Beruntung Tahu Etika Bercanda Nabi! Kamu Diantaranya?

by Farrel Dimas Saputra

Untuk mencairkan suasana biasanya seseorang membawa topik-topik pembicaraan yang lucu disertai bercanda. Disaat kita berkumpul bersama keluarga ataupun teman biasanya kita mengobrol bertukar cerita satu sama lain, dan tak jarang juga disertai dengan candaan atau gurauan yang membuat tertawa.

Memang bercanda tidak dilarang dalam islam, namun kita harus berhati-hati agar perkataan yang kita ucapkan tidak menyakiti hati orang lain, karena tujuan bercanda agar timbul rasa senang. Tahukah kalian bahwa bercanda juga memiliki adab?

Dikutip dari buku Adab Bercanda dalam Islam oleh Hafidz Muftisany, setiap muslim wajib mengetahui tata krama dalam bercanda. Dengan adab dan tata krama yang baik, semasa hidup Rasulullah SAW juga tidak jarang melakukan candaan kepada istri, cucu maupun sahabatnya.

Adapun adab bercanda dalam islam ada 5 yaitu :

Pertama, tidak membawa nama Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 65-66 dijelaskan tentang candaan dan senda gurau yang dilarang:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Artinya: Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”

Alangkah baik jika kita bercanda tanpa membawa-bawa nama Allah SWT, tujuan bercanda hanya untuk membawa suasa senang. Sebaiknya tak melibatkan nama Allah SWT.

Kedua, menjauhi berbohong.

Diriwayatkan Abu Dawud. Rasulullah SAW bersabda:

“Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.”

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang larangan melontarkan kalimat bohong saat bercanda sebagaimana hadits diatas. Berbohong merupakan perbuatan tercela dan berdosa, parahnya jika seseorang sekali berbohong mau tak mau orang tersebut harus berbohong kembali untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya.

Baca Juga:  Kesehatan Mental di Era Digital

Related Posts

Leave a Comment