Gelar yang agung tersebut dibarengi dengan pemerintahan yang agung. Pakubuwono X langsung mengatur strategi untuk melancarkan perjuangan melawan Belanda. Ia menggunakan politik 2 sisi. Di satu sisi, Pakubuwono mematuhi segala permintaan Belanda. Di sisi lain, ia membiayai alutsista dan pelatihan rakyat untuk berperang dan berdiplomasi.
Tak hanya itu, Pakubuwono X menaruh perhatian lebih pada generasi muda umat muslim dengan mendirikan Madrasah Manba’ul Ulum di seluruh wilayah Surakarta. Bahkan, Pakubuwono X juga membiayai pembangunan pesantren atau masjid di wilayahnya. Ketika Sarekat Islam didirikan, KH. Samanhudi mengangkat Pakubuwono X sebagai penasihat dan investor utama.
Pakubuwono X menikah sebanyak 41 kali dan dikaruniai 63 anak. Ia dikenal sebagai sultan pemersatu Surakarta dan Yogyakarta yang telah lama berselisih sejak Perjanjian Giyanti pada 1755. Persatuan tersebut ditandai dengan pernikahannya dengan G.K.R. Hemas (putri Sri Sultan Hamengkubuwono VII). Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai seorang putri bernama G.K.R. Sekar Kedaton Kustiah Pembayun.
Pakubuwono X adalah orang pertama di Indonesia yang memiliki mobil. Bahkan, ia memiliki 2 mobil, yaitu Mercedes-Benz Victoria Phaeton dan Mercedes-Benz Britz Daimler. Karena tak ditarik menggunakan kuda, rakyat menyebutnya sebagai kereta setan. Saat ini, 2 mobil itu disimpan di Amsterdam, Belanda.
Pakubuwono X wafat pada 22 Februari 1939 dan dimakamkan di Pemakaman Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Karena ia tak memiliki putra mahkota, maka putra tertuanya (R.M. Ontoseno) diangkat menjadi S.I.S.K.S. Sri Susuhunan Pakubuwono XI. Karena jasanya yang agung, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 2010.