Home Opini Madura, Minang, dan Islam

Madura, Minang, dan Islam

by Abdul Wahid Tamimi

Islam masuk dan berkembang di Minangkabau dalam 2 fase. Fase pertama di pesisir, dan fase terakhir di pedalaman. Islam diterima dengan cepat. Bahkan, Kerajaan Pagaruyung menetapkan Islam menjadi agama resmi negara.

Namun, di abad 18, muncul Gerakan Harimau nan Salapan yang dipimpin oleh 3 Haji (H. Miskin, H. Sumanik, H. Piobang), Tuanku nan Renceh, dan Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini berdasar pada Wahhabiyyah yang sedang berkembang di Najd saat itu.

Akibatnya, konflik yang melibatkan gerakan tersebut dan kaum adat setempat menimbulkan Perang Padri. Dalam perang tersebut, kaum adat dibantu VOC berhasil menang. Tuanku Imam Bonjol beserta para anggota lainnya diasingkan ke berbagai tempat.

Walaupun kehilangan para pemimpinnya, pemikiran gerakan tersebut masih melekat di kehidupan Suku Minangkabau hingga saat ini. Buktinya, beberapa gerakan serupa yang berdiri setelahnya sangat dirangkul di Minangkabau.

Suku Minangkabau sangat setia kepada Islam di setiap ranah. Mereka sangat menentang munculnya toko retail milik orang kafir yang berdiri di tanah mereka. Bahkan, ketika seorang politisi menghina Islam secara terselubung ataupun jelas, mereka menyuarakan untuk memboikot partainya.

Ulama Minangkabau menorehkan sejarah yang sangat membanggakan. Syekh Yasin al-Fadani merupakan ahli sanad hadis terbaik dunia. Selain itu, KH. Ali Maksum merupakan pejuang pengembalian Nahdlatul Ulama ke Khittah 1926.

Baca Juga:  Jadwal Sholat Untuk Banda Aceh, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Denpasar (Selasa, 15 November 2022)

Related Posts

Leave a Comment