- KH. Abdul Djalil Fadhil
Lahir di tengah keluarga yang sangat agamis, KH. Abdul Djalil Fadhil memiliki silsilah yang sangat istimewa. Ayahnya adalah keturunan Sunan Cendana dan ibunya adalah keturunan Sayyid Abu Bakar Syatha, penulis I’anatuth Thalibin.
KH. Abdul Djalil Fadhil diundang oleh KH. Nawawi Noerhasan untuk belajar di Sidogiri karena sang kakek adalah guru KH. Nawawi Noerhasan di Makkah. Di sana, sifat mulia KH. Abdul Djalil Fadhil semakin terbentuk.
KH. Abdul Djalil Fadhil bersama KH. Abdul Adzim Oerip memangku jabatan pengasuh setelah wafatnya KH. Nawawi Noerhasan pada 1929. Di tangannya, berdirilah Madrasah Miftahul Ulum pada 1938. Saat ini, sekolah tersebut telah tersebar di seluruh wilayah Madura dan memiliki ribuan santri.
Sama dengan KH. Abdul Adzim Oerip, KH. Abdul Djalil Fadhil sangat berhati-hati terhadap asal harta yang ia miliki. Bahkan, ia pernah diprotes oleh istrinya sendiri karena KH. Nawawi Noerhasan tak seperti itu. Namun, ia menjawab,
“Abah (KH. Nawawi Noerhasan) itu sudah wushul, sampai rohaninya kepada Allah. Saya masih belum.”
KH. Abdul Djalil Fadhil syahid pada 1947 setelah mulutnya ditembak dalam Agresi Militer I. Di hari wafatnya, muncul sebuah keistimewaan. Darahnya dan jasadnya membuat air sungai di sekitarnya berbau wangi. Padahal, jasadnya sendiri baru ditemukan beberapa saat kemudian.